Saturday 1 November 2014

Anies Baswedan dan Kita Untuk Bumi Pertiwi

Sejak 16 Agustus lalu, saya hampir tak pernah menonton TV. Berita-berita hangat yang sedang "in" juga jadi ketinggalan, termasuk tentang calon-calon menterinya pak Jokowi. Tiba-tiba suatu sore 26 Oktober 2014 beberapa teman di paviliun Sekolah Guru Indonesia memberi ucapan selamat. "Maria, selamat ya, ayah mu jadi Menteri Pendidikan (saya memang fans berat pak Anies, dulu hampir setiap hari saya selalu bercerita tentang pak Anies, sampai teman-teman menyebut saya anak nya.)". Kaget sekaligus ada perasaan bahagia. Dalam hati saya mengucap syukur, Alhamdulillah akhirnya Pak Anies Rasyid Baswedan dipilih juga oleh Jokowi untuk memegang tampuk amanah pendidikan Indonesia.


Anies Rasyid Baswedan, sesosok nama yang banyak digandrungi anak muda yang menginginkan perubahan. Terlepas dari sisinya yang banyak dikritik karena dirinya memilih Jokowi-JK pada putaran pemilu lalu, saya melihat pada diri beliau ada jiwa bersih dan pikiran yang bersih. Seorang yang berintegritas, jujur dan pemikiran-pemikirannya out the box. Berbicara tentang pemikirannya yang out the box sudah tak diragukan lagi, ada sekian banyak ide ide briliant nya yang memberi efek luar biasa, diantaranya Gerakan Indonesia Mengajar, Gerakan Turun Tangan, Kelas Inspirasi, Indonesia Menyala bahkan mata kuliah Korupsi yang ia jadikan mata kuliah wajib pada kampus yang dipimpinnya. Itulah sederet gerakan yang lahir dari pola pikirnya yang out the box. Yah....Itulah Anies Baswedan. Berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya, beliau adalah seorang yang sangat optimis, ia juga menhgajak orang lain untuk lebih melihat hal-hal positif ketimbang hal-hal negatif dalam hal apapun terutama pada pendidikan Indonesia. 

Pak Anies mengajak kepada kita semua untuk lebih optimis melihat pendidika Indonesia, hampir dalam setiap kesempatan ketika ia ditanya tentang keadaan negeri ini, khususnya di dunia Pendidikan beliau selalu menjawab nya dengan “Berhenti mengutuk kegelapan, dan mulai menyalakan lilin”. Sebuah kalimat yang sederhana namun sarat makna. Sederhananya, ia mengajak untuk berhenti mengeritik dan mulai melakukan sesuatu. Indonesia kita ini sudah memiliki terlalu banyak stock orang-orang yang bisanya hanya mengkritik saja, tapi kita justru sangat membutuhkan orang-orang yang mau ikut turun tangan untuk memperbaiki keadaan pendidikan Indoensia.

Kini sang out the box itu telah berada pada kursi kepemimpinan. Tentu kita sangat ingin ide-ide terbaiknya mampu mewarnai pendidikan kita ditahun tahun selanjutnya. Saya sendiri, jujur memiliki ekspetasi yang sangat tinggi terhadap kinerja pak Anies sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, tapi tidak lupa kita sadari bahwa masalah-masalah pendidikan di Indonesia ini tak mungkin bisa diselesaikan oleh satu dua orang Anies saja, tapi butuh sejuta Anies untuk merubahnya. Kemana kita mencari sejuta Anies itu? Mari kita bercermin. Di depan mu ada seorang Anies kecil atau yang jauh lebih hebat dari seorang Anies, seseorang yang memiliki kemampuan dan kesiapan untuk mengabdi untuk negeri. Ya, aku, kamu, kita.
Kita, kaum muda yang pada diri kita ini lah tampuk masa depan bangsa diamanahkan, mari bersama-sama kita terus melakukan hal-hal terbaik yang bisa kita berikna untuk Indonesia kita tercinta.

Kini, telah lahir gerakan gerakan gerakan yang mewadahi anak-anak muda terbaik bangsa untuk ikut berkontribusi bagi pendidikan bangsanya lewat Indonesia Mengajar, Sekolah Guru Indonesia, Sarjana Mengajar di Terpelosok Terdalam dan Terluar (SM3T) dan segudang gerakan lainnya. Gerakan-gerakan ini begitu diminati oleh intelektual muda terbaik Indonesia, tentu saja kita harus menyambut suka cita kenyataan ini. Jika kita mau melihat, masih ada banyak lagi orang-orang yang mau peduli dengan pendidikan Indonesia, oleh sebab itu harusnya tak ada lagi yang menjadikan kita pesimis menatap Indonesia di masa depan.



Bersama Anies Baswedan, Aku, Kamu dan Kita semua, mari kita wujudkan Indonesia yang lebih baik....!!!!

No comments:

Post a Comment