Monday 26 December 2016

Catatan Perpisahan

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.20, aku bergegas memesan gojek untuk pergi mengajar. Aku berjanji akan datang pukul 08.30, 10 menit perjalanan cukup.
Hari ini hari terakhir aku mengajar di desa Babadan, Banguntapan. Mamang gojek telah sampai mengantarkanku di tempat tujuan. Aku langsung berlari menuju mushalla khawatir terlambat. Dan, krek.....(aku membuka pintu mushola dengan cepat)
"Yah.... Mbak Maria kok datengnya cepat sih, ketahuan deh" seru mereka dengan wajah kecewa.
Aku juga kaget melihat sisi ruangan di mushola telah terpasang hiasan hiasan dari kertas crap dan beberapa balon warna warni yang tergantung di dinding mushola.
Oh I see, rupanya mereka sedang mempersiapkan sebuah kejutan namun gagal karena aku lebih dulu datang sebelum dekorasi selesai. Karena aku terlanjur mengetahuinya, akhirnya mereka mengajak ku foto bersama saja di dinding dekorasi yang tak selesai.

Ah... anak-anak ini membuat perasaanku semakin sulit untuk berpisah.Tak cukup disitu, mereka juga memberikanku sebuah bingkisan yang baru aku tau isinya setelah sampai dirumah. Mereka memberiku jilbab pink dan bros pink (mereka tau saja warna kesukaanku). 
Dalam kado itu mereka juga menuliskan surat surat yang membuat haru. Aih.... anak anak terimakasih sudah mencintai Kaka, mencintai ilmu yang sudah diajarkan. Terimakasih juga telah berjanji untuk mengazzamkan diri untuk terus belajar AlQuran. Semoga menjadi penyelamat di yaumul mizan.
Duh Gusti, anak kecil juga pandai mengiris-iris perasaan. Perasaan perasaan seperti inilah yang membuatku tak pernah menyesal menjadi seorang guru.

Thursday 22 December 2016

Selamat Hari Ibu. Ada Surga di Rumahmu


Ini ibuku.... ibu yang luar biasa seperti ibu-ibu lainnya
Aku memanggilnya Mama
Mama yang selalu bolak balik menelpon hanya untuk bertanya "mau dimasakkan apa nak?" saat aku bercerita sebentar lagi akan pulang kampung.Mama yang selalu memarahi adikku saat menggangguku tidur bila aku pulang
Mama yang selalu mengingatkanku untuk tidur saat menemuiku masih sibuk dengan handphone dan laptopku di tengah malam. Mama yang selalu menaruh selimut dan obat nyamuk saat mengetahui aku sudah tertidur pulas di ruang tengah. Mama yang selalu sigab menjadi alarm terbaik saat aku meminta di bangunkan, meminta diingatkan untuk mengerjakan ini dan itu.

Mama yang saat aku jauh selalu rutin mendoakanku. "Mama neh bedoa tarus siang malam supaya Opah sehat, banyak rejeki, dijaga Allah dari bahaya, jadi orang sukses"
Ah... aku selalu bergetar mendengar Ia mengulang doa-doanya pada Tuhan di hadapanku.
Aku curiga.... jangan-jangan kemudahan urusanku, kemudahanku mencapai impian-impianku itu semua karena doa-doa panjang seusai sholatnya.

Mama... kalau saja kau tau, aku rindu mama, setiap hari... Berharap suatu hari bisa benar-benar berada di sisi Mama, menjaga Mama dan hidup bersama di sisa usia kita. Memenuhi keinginan-keinginan Mama (termasuk keinginan Mama untuk menimang cucu, ini keinginan yang terus Mama katakan berulang-ulang saat menelponku)

Ah Mama, betapa beruntungnya aku masih memilikimu. Tuhan menjanjikan surga bila aku berbakti padamu.

Surga itu begitu dekat. Tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh? Surga itu ada di rumahmu. Ada di bawah telapak kaki Ibumu.

Doa Ibu menjadi washilah keselamatan dan keberkahan dalam hidup. Beruntunglah jika kita masih punya Ibu. Do'anya yang menggetarkan Arsy, membuat Allah ridho menurunkan segala kebaikan pada kita anaknya.

Ibu, aku mencintaimu seperti lautan yang mencintai airnya, tak pernah ingin berkurang sedikitpun.
Ibu celakalah aku, bila tak kutemukan surga di kaki mu.

Selamat Hari Ibu untuk Mamaku Tercinta.
Terimakasih atas cinta yang tulus dan doa yang tak pernah putus. 

Friday 25 November 2016

Manisnya Hidup Baru Terasa Setelah Pahitnya Berjuang



“Manisnya Hidup Baru Terasa Setelah Pahitnya Berjuang “
By
Maria Ulfah PK88



Ada alasan kenapa Tuhan menempatkan kita pada situasi yang sulit, terus menghadapkan kita pada permasalahan yang tak berkesudahan. Biasanya, karena Dia ingin kita memiliki kompetensi baru, lalu meningkatkan potensi diri di area itu. Jadi kalau sudah berhasil, di masa depan tidak akan dihadapkan dengan masalah yang sama, ganti dengan kesulitan yang baru, permasalahan  yang baru, ganti dengan pertarungan hidup yang baru. Sungguh bukan perkara mudah, tapi bukankah ini artinya Tuhan memilih kita untuk naik derajatnya? Kuatkan dirimu. Latihlah dirimu menjadi Pejuang. Semua kesulitan yang kita hadapi sekarang dan semua kekurangan serta keterbatasan yang dimiliki ini bisa menjadi pembeda kita diantara yang lain nanti di masa depan. Percaya atau tidak, aku justru seringkali bersyukur atas segala kesulitan yang Tuhan berikan, diantaranya kesulitan dalam menempuh pendidikan karena dengan pahitnya proses melewati masa sulit itu menjadikan keberhasilan terasa kian manis. Berikut ceritanya.
“Anak Miskin dilarang Sekolah”  itulah yang aku rasakan sejak kecil. Ayah meninggal saat aku berusia 7 tahun dan duduk di kelas 3 SD. Kehidupan berbalik begitu saja saat ayah meninggal, karena ia adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. Ibu hanya seorang IRT yang tak lulus SD, tentu sulit baginya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Setelah ditinggal ayah, kehidupan ekonomi kami sangat sulit. Ibu juga bukan seorang yang mengerti pendidikan sehingga ia tak terlalu bersemangat menyekolahkan aku. Aku terancam putus sekolah sejak SD, namun nasihat mendiang ayah mengenai pentingnya pendidikan selalu menjadi motivasi besarku untuk dapat bersekolah setinggi-tngginya. Aku meyakini, bahwa dengan modal pendidikanlah kelak aku dapat merubah nasib keluargaku.
Aku tahu aku tak akan bisa sekolah di SMP karena gaji ibu hanya cukup untuk makan sehari-hari. Aku menyadarinya dan aku tak ingin menyerah begitu saja. Aku memilih untuk menjual es lilin dan dagangan tetangga agar mendapat upah yang bisa ku tabung untuk membayar uang masuk SMP. Alhasil akupun bisa masuk SMP. Perjuangan tak berhenti di situ, saat aku menginjak kelas 3 SMP, aku kembali harus berfikir keras untuk melanjutkan sekolahku. Kelulusanpun tiba, aku tak kunjung melihat peluang untuk sekolah. Aku mengadu kepada Allah. “Mintalah kepadaku maka akan ku kabulkan” begitu firman-Nya. Allah membukakan jalannya, ia tak memberikanku segepok uang, namun ia memberikanku sebuah keberanian dan azzam yang kuat untuk tetap meneruskan mimpiku untuk bersekolah.
Aku menjual antingku, satu-satunya perhiasan yang kumilki untuk membeli formulir sekolah. Akupun mengikuti tes masuk dan dinyatakan lolos. Kali ini, masalahnya lebih besar dari sekedar harga formulir. Kini, aku harus membayar 1,3jt untuk biaya masuk. Saat itu, 50 ribupun aku tak punya, apalagi sebayak itu. Aku memberanikan diri untuk menghadap ketua remaja masjid untuk memberikanku uang arisan. Kami memang punya arisan mingguan, tiap minggunya membayar 5000. Alhamdulillah ketua dan anggota lainnya setuju agar aku saja yang mendapat giliran menang arisan minggu ini, karena aku harus segera membayar uang sekolahku. Saat itu jumlahnya hanya Rp. 650.000. Tentu masih kurang setengahnya. Rejeki tak disangka-sangka, tetanggaku memberiku uang Rp. 700.000,maka akhirnya aku dapat melunasi tagihan itu.
Aku dianggap cukup gila bagi orang-orang di lingkunganku bahkan keluargaku. Tak banyak orang yang mensupportku kecuali Kakek. Dialah orang yang paling mempercayai kemampuanku. Sejak Aliyah aku aktif dalam berbagai kegiatan dan perlombaan. Saat menang lomba, aku selalu menabung karena hal yang sama pasti akan terjadi saat aku akan kuliah nanti.
Tahun 2010, akupun lulus dari Aliyah. Ibu senang sekali karena tak menyangka aku akan bisa sekolah sejauh ini. Ia menangis haru dan mengatakan “mulai hari ini ibu akan selalu mendukungmu, ibu percaya padamu”. Hatiku terenyuh, tak ada hal yang lebih membahagiakan selain ridho seorang ibu. Bermodalkan ridho Ibu dan tabungan semasa SMA aku mendaftar kuliah di Jogja. Meski kali ini tantangannya lebih berdarah-darah dari sebelumnya, aku tetap menjalaninya. Saat tahun awal perkuliahanku, ibu sering menelponku dengan derai tangis sambil bercerita bahwa tetangga di kampung sering bergunjing tentang diriku. Aku yang mungkin saja “melacurkan diri” untuk mengisi perut dan membayar ongkos pendidikanku. Hatiku benar-benar ngilu, tapi sungguh aku tak akan menyerah.
Kawan untuk sebuah kesuksesan tak ada yang benar-benar menyenangkan. Kita tentu harus menyiapkan mental sekuat baja, hati seluas samudera. Kita boleh kesal dengan keadaan yang serba kurang serta omongan yang sering direndahkan, Tapi, setelah itu kita harus bisa bangkit dan berusaha perbaiki keadaan dan menjadikannya kekuatan untuk bertahan.
Saat kuliah S1 dulu, untuk bisa bertahan hidup dan membayar kuliah aku mengajar privat, berjualan buku, jadi guru ngaji bahkan menjadi distributor baju dari Jogja ke Kalimantan. Segala peluang usaha kucoba untuk bertahan hidup dan Alhamdulillah sesekali bisa mentransfer uang untuk ibu di kampung. Ditengah kesibukan organisasi dan bekerja aku tetap focus kuliah. Aku selalu mengingat tujuan utamaku. Selain itu aku selalu bermabisi ingin cepat lulus karena ingin sesegera mungkin membantu ibu. Alhamdulillah, berkat ridho ibu aku lulus dengan IPK 3,66 dengan masa studi 3 tahun 4 bulan 29 hari. Tangis haru penuh rasa syukur saat ibu bisa hadir dan melihat aku wisuda. Ia memelukku haru penuh bangga. Pengorbanan terbayar sudah.
S1 telah usai, apa perjuangan selanjutnya? Sejak SMA aku ingin sekali bisa kuliah ke luar negeri. Aku tak menyia-nyiakannya saat negara ku tercinta menyatakan diri siap memfasilitasi pendidikan anak bangsa lewat beasiswa LPDP. Akupun mendaftar dan melewati berbagai macam proses seleksinya hingga lulus dan bertemu dengan manusia luar biasa lainnya di PK 88 “Metamorfosa”. Segala puji bagi Allah. Perjuangan ini terasa amat manis setelah melewati kerasnya perjuangan. Tuhan terimakasih telah menjaga semangat juang ini tetap membara. Perjalanan ke depan masih panjang. Tugasku selanjutnya adalah memastikan bangsa Indonesia tak keliru menitipkan pundi rupiahnya padaku. Semoga ilmu yang didapat selama studi menjadi jalan bagiku untuk ikut turun tangan membangun Indonesia tercinta. Aamiin.
Jika ada yang bertanya mengapa begitu berambisi S2? Aku ingin menjadi manusia yang banyak member manfaat. Memangnya S1 tidak banyak memberi manfaat? (pertanyaan ini sebelumnya sudah ditanyakan oleh interviewer saat wawancara LPDP). Baiklah akan ku jawab. Aku meyakini sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa “jika kita ingin member lebih maka kita juga harus memiliki lebih”. Kawan, waktu kita singgah di dunia ini benar-benar terbatas. Jadilah sesuatu yang baik dan banyak memberi manfaat. Yuk, kita buat sebuah cerita yang berbeda, sebuah karya yang positif, serta bermanfaat bagi banyak orang di sekeliling kita.

Monday 31 October 2016

Sekelumit Cerita Menaklukkan Beasiswa LPDP

Awardee LPDP. Will you be the next???


         Hai scholarship hunters.... kalian pasti sudah tahu apa itu Beasiswa LPDP. Beasiswa paling bergengsi di bumi Indonesia kita tercinta yang terkenal dengan ke profesionalan, integritasnya, berisi orang-orang kece dan kelancaran pencairan dananya..hehe. Kali ini aku akan membagikan pengalaman suka dan duka meraih beasiswa ini.
          LPDP banyak peminatnya tapi sedikit yang berhasil? Ya. LPDP memilih orang-orang yang berjiwa pemimpin? Ya. LPDP hanya menerima orang-orang pintar yang memiliki skor TOEFL atau IELTS yang tinggi? Gak juga.. Buat kalian yang takut mendaftar LPDP karena kemampuan bahasa Inggris yang masih "tiarap" jangan khawatir, karena LPDP itu baik banget. LPDP memberikan kesempatan pada anak bangsa yang tinggal di daerah 3T, mantan alumni bidikmisi, anak miskin berprestasi, atau anak bangsa yang memiliki prestasi dan mengharumkan nama Indonesia di tingkat nasional dan internasional. Namanya beasiswa Afirmasi. Kalian boleh cek di web LPDP. Beasiswa afirmasi ini memungkinkan orang-orang seperti kita (termasuk saya) yang ingin mengikuti beasiswa ini namun tidak memiliki skor TOEFL atau IELTS yang mencukupi. Lewat jalur afirmasi ini, LPDP memperbolehkan kita mendaftar hanya dengan skor TOEFL ITP 400. Sungguh baik hati bukan?

Ok... Inilah ceritaku saat mengikuti beasiswa LPDP


“Kemanapun engkau menghadap, di sanalah wajah Allah. Milik-Nyalah segala yang terbentang dari timur ke barat. Wahai manusia, atas segala hajatmu kembalilah pada-Nya”.
Inilah yang menjadi sumber kekuatanku mendaftar beasiswa LPDP. Aku bukanlah seorang yang hebat, berpengalaman luas apalagi memiliki kecakapan bahasa asing yang bagus. Saat mendaftar LPDP aku menggunakan sertifikat  TOEFL ITP dengan skor hanya 463. Sederet angka yang bisa saja ditertawakan saat tahu bahwa akupun mendaftar untuk tujuan luar negeri terlebih untuk University of Melbourne, Australia yang mensyaratkan skor IELTS 7.0 untuk fakultas pendidikannya. It’s OK. Mari bayar mimpi itu dengan do’a disertai perjuangan yang tak kenal menyerah. Yakinlah, tak ada hasil yang menipu usaha,
Oh ya, aku baru lulus seleksi wawancara setelah percobaan keduaku. Sebelumnya aku mendaftar di University College London, UK. Namun Tuhan belum berkehendak. Aku gagal dalam percobaan pertama itu. Masih jelas dalam ingatanku saat itu aku menerima email pada 10 Juni 2016 pukul 20.00. “Pengumuman Ketidak lulusanSeleksi…..” begitulah kira-kira judul email LPDP yang masuk di inboxku. FYI, bagi orang-orang yang sangat mengaharapkan LPDP, judul email semacam ini secara otomatis membuat jantung serasa berhenti berdetak. Serius, ini tak berlebihan. Dunia tetiba menjadi suram saat aku membaca lebih dalam email tersebut. Bagaimana tidak, aku begitu berharap bisa segera menjadi awardee, aku bahkan menolak beberapa panggilan kerja dengan sallary yang cukup menjanjikan hanya karena tidak ingin resign dari pekerjaan jika di tengah perjalanan LPDP menyatakan menerima pinanganku. Tentu kalian tahu bagaimana hancurnya hatiku. Satu malam penuh aku tak berhenti menangis. Apa yang salah? Apa yang kurang? Aku mereka ulang ingatanku saat hari wawancara. Aku menyadari aku begitu lemah pada bagian rencana studi. Konon katanya, kejelasan rencana studi adalah kunci utama lulus LPDP.
Satu malam penuh meluapkan segala kekecewaan. Pagi-pagi kubuka akun line ku. Sudah ratusan chat dari grup line “LPDP Seleksi Subtansi Jogja” menunggu untuk dibaca. Aku membaca dengan seksama. Ya Tuhan, aku tak sendiri. Ada banyak yang senasib denganku. Satu hal yang menarik, anak-anak hebat ini tak menangisi kegagalannya berlebihan, sibuk menyalahkan diri sendiri ataupun keadaan, yang mereka sampaikan dalam chatnya adalah refleksi-refleksi dan spirit untuk mempersiapkan diri lebih baik lagi. Tetiba menjadi malu, apa yang sudah kulakukan untuk menguatkan diriku sendiri. Pagi itu aku kembali menemukan semangatku. Hari itu aku bertekad akan mendaftar kembali. Ku cek kembali dokumen-dokumenku. Melakukan riset ulang tentang universitas tujuan dan jurusan yang dipilih. Hitungan H+3 setelah pengumuman ketidaklulusan aku telah mensubmit pendaftaran kembali. Sungguh bukan karena terburu-buru, hanya saja dokumen-dokumenku hampir habis masa berlakunya. Saat itu aku sedang pengangguran, bukan hal yang menyenangkan jika harus menghabiskan uang ratusan ribu untuk tes kesehatan kembali. Saat mendaftar kembali aku cukup ragu, apakah akan memilih LN lagi, atau memilih DN saja. Saat itu, setiap orang yang ku ajak diskusi menyarankanku untuk memilih DN saja, karena kemungkinan lulusnya lebih besar, Tentu saja jiwa optimisku berontak, Aku tak pernah mentoleransi diriku menyerah terhadap sesuatu hanya karena ia terlihat sulit untuk di taklukkan. Aku teringat pesan Mas Budi Waluyo bahwa tidak ada jaminan keberhasilan yang pasti saat kita memperjuangkan sesuatu, namun segala kekhawatiran akan gagal jangan menjadi kebiasaan bagi kita untuk tak berjuang. Aku mantap memilih LN dengan segala konsekuensinya.
Tibalah saat pengumuman administrasi, aku “LULUS”. Kali ini aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan. Kalau aku gagal lagi, maka itu artinya kesempatan menjadi awardee LPDP tertutup sudah. Persiapan-persiapan mulai kulakuan. Aku mulai berlatih LGD, EOTS dan Wawancara bersama teman-teman lainnya yang lolos seleksi administrasi. Salah satu keuntungan latihan bersama adalah kita bisa memotivasi diri agar berusaha lebih keras lagi sebagaimana yang teman-teman lain lakukan. Seringkali aku merasa telah berusaha dengan maksimal. Aku mengukur usahaku dengan ukuran diriku sendiri. Padahal mungkin saja semua orang sedang berjalan menuju mimpi yang sama, yakni awardee LPDP. Saat aku berjalan, mereka bisa saja berlari, saat aku berlari mereka bisa saja berlari lebih cepat, satu hal yang pasti bahwa yang bergerak tentu saja akan mengalahkan yang berdiam diri.
Hari H seleksi pun tiba. Hari pertama aku mendapat jadwal seleksi Essay dan LGD. Seleksi yang paling menegangkan bagiku adalah LGD. Bagi yang memilih tujuan studi LN, diwajibkan LGD dalam bahasa Inggris. Terbayangkan bagaimana kemampuan speaking skor 463? Benar-benar speaking Inggris ala Indonesia, translate perkata. Bahkan aku tak tahu apa bahasa Inggrisnya “macet”. OMG, cukup memalukan, but, take it’s easy. Dunia belum kiamat hanya karena kamu lupa vocab saat LGD.  Di group LGD ku hanya aku yang afirmasi, yang lain sudah bersertifikat IELTS 7 dan memiliki LoA. Saat-saat seperti inilah mental mu diuji. Saat kita merasa inferior dibanding orang-orang disekitar. Kalau kita terus berfikir bahwa kita ada di bawah mereka, maka siapapun dapat membaca rasa rendah diri itu lewat suara dan gesture kita, dan itu fatal. LPDP tidak mencari pemuda impoten dalam hal kepercayaan diri. Tetaplah fokus pada nilai plus dirimu.
Untuk persiapan wawancara aku telah menyiapkan diri dengan berbagai list pertanyaan serta jawabannya dalam bahasa Inggris. Aku juga membuat alat peraga untuk menjelaskan rencana hidupku di masa depan. Begini modelnya.... benar benar alakadarnya.



Tak lupa memprint kurikulum pendidikan di UPI, UNJ dan UNY, jaga-jaga saja jika disuruh pindah dr LN ke DN, aku sudah punya jurus ampuh menolaknya.hehe. Tak lupa meminta doa Ibunda tercinta, karena aku meyakini bahwa do’a Ibu tak berhijab dengan Tuhan.
Hari itu, aku memasuki ruangan wawancara sambil mendo’a ke langit. “Tuhan ijinkan aku melalui ini dengan baik”. Wawancara mengalir begitu saja meski bahasa Inggrisku sangat terbatas. Persiapanku membuat alat peraga tak sia-sia. Saat aku menunjukkannya, mereka terlihat sangat antusias, bahkan salah satu pewawancara mengeluarkan HP nya untuk mengabadikan diriku yang sedang mempresentasikan rencana masa depanku dengan alat peraga tersebut. Mereka menggali lebih dalam tentang perjalanan hidup, prestasi dan aktivitas sosialku. Bahkan salah satu dari pewawancara sampai mengorek-ngorek facebook dan blogku. Namun semuanya terlewati dengan baik. Kini tinggal do’a. Saat ikhtiar telah maksimal maka do’alah yang menjadi penyempurnanya. Do’a menyodok langit di tiap malamnya dengan setulus-tulus permohonan
Finally, “Pengumuman Kelulusan…..” itulah email yang ku terima setelah menunggu satu bulan lamanya. Segala puji bagi Allah. Perjuangan ini terasa amat manis setelah melewati kerasnya perjuangan dan pahitnya kegagalan. Tuhan terimakasih telah menjaga semangat juang ini tetap membara. Perjalanan ke depan masih panjang. Tugasku selanjutnya adalah memastikan bangsa Indonesia tak keliru menitipkan pundi rupiahnya padaku. Semoga ilmu yang didapat selama studi menjadi jalan bagiku untuk ikut turun tangan membangun Indonesia tercinta. Aamiin.
 

Monday 5 September 2016

Situs Online Jurnal Pendidikan

Situs Online Jurnal Pendidikan


Anda Guru, Praktisi Pendidikan atau Mahasiswa-mahasiswa Fakultas Pendidikan yang sedang mencari sumber atau referensi jurnal-jurnal online baik nasional maupun internasional? Mungkin daftar dibawah ini bisa membantu, berikut ini adalah beberapa daftar referensi penyedia jurnal ilmiah online gratis (free) alias yang tidak berbayar. Semoga bermanfaat. Feel Free for Share !!!
Bagi anda yang mau menambahkan link dan sumber lainnya dapat menambahkannya melalui kolom komentar di bawah.





1. http://eric.ed.gov/
ERIC adalah perpustakaan online penelitian dan informasi pendidikan, yang disponsori oleh Institut Ilmu Pendidikan (IES) dari AS Departemen Pendidikan.

2. https://www.elsevier.com/



3. http://www.sciencedirect.com/



4.  http://jurnal.upi.edu/



5. http://journal.uny.ac.id/



6. http://pps.unj.ac.id/journal/



7. http://ejournal.uin-suka.ac.id/
Buat Kamu yang mencari jurnal Pendidikan Islam, bisa mengandalkan situs ini.


Wednesday 17 August 2016

Daftar Pertanyaan Wawancara LPDP Batch 3 2016



Terimakasih buat yang sudah baca possible question yang saya tuliskan pada postingan sebelumnya. Kali ini saya akan posting beberapa pertanyaan yang ditanyakan penguji saat saya wawancara di Jogja pada 11 Agustus 2016 yang lalu.
Semoga membantu... 
Abaikan jawabannya
POSSIBLE QUESTION
1.     Tell us about your self !
My name is Maria Ulfah. I come from Sampit, Central of Kalimantan. I passionate in education. I spent my time for learn about education, theory and practice throught many communities. Last year I spent one year to join in Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa to be a young teacher in 3T area. Now, I join be a teacher in a orphanage “Baitun Naja Orphanage”. I interest for continue my magister degree in education especially in instructional leadership.  This is my second attempt. I hopefully can get this scholarship so I can give better benefit for the people around me with my knowledge and my experience.

2.    Why do you choose Instuctional Leadership?
I interest in field of education especially educational leadership. To promote education in Indonesia is very important to see how the quality of the headmaster. after seeing the quality of the principal phenomena of the moment. as that I learned about instructional leadership in the hope of benefiting through my study to improve the quality of education in Indonesia, especially on the part of educational leadership .

3.    Why you Choose Unimelb?
Unimelb have a major Instructonal Leadership which focus on equip aspiring and practising educational leaders from all fields of education with the knowledge, understandings and skills to build and sustain effective teaching and individual student learning and development in schools and other educational settings. Morever Instructional Leadership in Unimelb align with the Australian Institute for Teaching and School Leadership National Professional Standard for Principals. So, Choose Unimelb I earn more profit that can enrich my knowledge and experience in the field of educational leadership

4.    Why not in Indonesian such as in UNY, UPI and the others?
I interest to focus on educational leadership. My major available in Unimelb. In Indonesian such as UPI, UNY, UNJ just learne about management of education in generally. The curriculum which offered different with instructional leadership in unimelb. For clearly, may I show you My document.

5.    Please tell me about your research and what the benefit your research for Indonesia?
My major instructional leadership in Unimelb align with organization called " Australian Professional Standards for Principal " an institution that develop and maintain professional standards of Australia's strict in teaching and leading schools and encourages the development of high-quality professionals for teachers and school leaders through professional standards , professional learning and national approach . This is what will become of my research in magister. How these institutions can play a significant role in ensuring the quality of educators and school principals in Australia . Through this research I hope to find a formulation that can be applied in Indonesia in the field of improving the competence and professionalism of principals in Indonesia .

6.    How about your TOEFL skor? Are you sure will accept in Unimelb?
I know My skor toefl is low. But FYI, I started learn toefl in Pare, My skor just 360. When I learn every day for one month, I take real test in Sanata Dharma, I get skor 463. And now, because Inot have enough money, I studied independently at home with a variety of sources such as books and youtube and I joint in sekolah toefl budi waluyo. I know that improve English capability not easy, but I bealive  if I studie morehard, I will get it.

7.    Why you failed in LPDP Batch 2?
After I failed , I requested information to the selection score LPDP about my substance as a material improvement to sign up this time . I see the basic things that I need to improve is the interview portion . I realized that moment I had not shown good reason  why I chose it and what my thesis plan and its benefits to Indonesia.

8.    What your strainght and your weekness?
My strainght are Willpower, High Survival and adaptable
MY weeknes are rush and so easy trust people.

9.    How you see your self in the future
In Fife until ten years I see my self as a practition in institutional education. I be a speaker in many seminar or workshop education for sharing while learning.

10.  What your motivation to continue your study? And whay must study abroad?
There is a saying to give something then we have to have something . I decide to make myself useful to others . For that I need more knowledge in order to benefit more . I was young , I wanted to learn more in my productive age , I learn that I needed with my best, to be a way for me to share in the future. Why abroad ? There are 3 reasons1
-  Build a network with many people who would be very useful in the future
- The opportunity to study at university and qualified teachers
-  In those countries , have the opportunity to develop more insight and value of life , and there we will see a lot of positive things that could be a solution to the existing problems in Indonesia



11.   what make you special to receive this scholarship/ what differes you from other applicants?

“I know that you have met here many great talents or  ones that similarl to me. one thing I want to emphasize that I am a person who will be responsible for what was entrusted to me. I know that Indonesia spend a lot of money to send me to study . Of course I have to provide benefits to Indonesia . This is in line with the vision of my life that I wanted to become a person that is useful to people around me . With my experience in the field of education , the ability of survival and adaptation are high, I 'm sure I can take advantage of these scholarships as well as possible to study in the other country and came back with something useful for Indonesia .