Thursday 13 November 2014

Sebuah Essay Sederhana, "Mengapa Saya Memilih SGI"



 


Banyak yang bertanya-tanya kenapa ada para anak muda yang punya kesempatan hidup nyaman di kota-kota memilih ikut sebuah program yangakan menempatkan mereka pada sebuah desa terpencil sulit air suah air dan sinyal? Ada ribuan jawaban dari anak-anak muda pejuang itu.
Ketika saya diminta menuliskan alasan mengapa saya bergabung di SGI? 
Saya menuliskan..............
Saya ingin bergabung menjadi bagian dari Sekolah Guru Indonesia sebagi refleksi rasa syukur saya kepada Tuhan yang begitu baiknya memberikan saya kesempatan untuk terus belajar. Saya ingin mensyukuri kehidupan dengan pengabdian. Saya ingin hadiahkan 1 tahun umur saya untuk mengabdi dan berbagi inspirasi pada mereka di pelosok negeri. Saya ingin kabarkan pada mereka bahwa harapan mereka mengeni cita-cita itu masih ada dan akan selalu ada. Saya ingin hadir di depan mata mereka yang penuh dengan harapan, saya ingin katakan bahwa saya adalah bukti nyata seorang anak pelosok di desa bumi pertiwi (kebetulan saya berasal dari daerah pelosok Kalimantan Tengah) dengan segala keterbatasannya saya mampu bersaing dengan anak-anak kota yang tersedia segala fasilitasnya.
Sungguh pada saat itu saya punya seluruh persyaratan untuk pesimis, tapi saya memilih optimis meraih mimpi saya dan saya telah membuktikannya. Saya ingin semangat ini menular, karena optimis itu menular, inspirasi itu menular dan kebaikan itu juga menular. Saya ingin menjadi penular dan yang ditular. Saya yakin, akan ada banyak hal yang bisa saya pelajari dari mereka. Simbiosis mutualisme, begitu kira-kira saya menyebutnya, karena saya yakin ketika saya terjun di sana nanti tidak hanya saya yang akan berbagi inspirasi, tapi saya juga akan mendapat inspirasi. Itu sebabnya saya yakin sekali pada perkataan pak Anies Baswedan bahwa mengajar di pelosok itu bukan sebuah pengorbanan tapi kehormatan. Memang sebuah kehormatan bagi siapapun nantinya yang akan bergabung disini, mereka diberi kesempatan untuk mengenal Indonesia lebih dekat, memahami akar rumput yang sebenarnya, yang tentu tidak setiap orang bisa memperoleh kesempatan itu.
Jauh sebelum saya lulus, saya sudah begitu tertarik untuk bergabung dengan lembaga-lembaga yang memfasilitasi anak-anak muda yang ingin mengabdi. Saya ingin sekali menjadi bagian dari mereka yang peduli. Saya betul-betul sangat terkesan ketika menyaksikan liputan NET TV yang menyiarkan tentang program SGI di daerah penempatan. Ada perasaan haru menggebu yang membawa diri saya untuk melangkah sejauh ini di SGI. Saya yakin, siapapun yang menyaksikan tayangan itu pasti akan merasakan semangat mengabdi untuk ummat membara di dalam hatinya. Oleh karena itu, ketika toga telah menancap di kepala saya, saya memilih untuk langsung bergabung dengan Sekolah Guru Indonesia  sebelum saya terjun ke dunia kerja yang lain. Saya yakin SGI bisa dijadikan pengalaman mendasar yang akan membentuk pirbadi dan menjadi bekal bagi saya sebelum saya berjuang dan duduk menjadi orang besar dikemudian hari. Sekali lagi ini memang benar bukan lah pengorbanan tapi sebuah kehormatan. Besok kita bisa menengok dengan bangga bahwa kita pernah menjadi bagian dari generasi pembuka jalan, bagian dari usaha mulia usaha kolektif memajukan bangsa melalui pendidikan.
Kini saya sudah berada dalam lingkungan SGI. Euforia kebahagiaan dan haru itu begitu terasa. Satu hal yang rasanya tidak bisa berhenti untuk saya syukuri, di SGI VII saya bertemu para calon guru luar biasa. Kami tak pernah saling mengenal, tapi kami dieratkan dalam satu misi satu semangat. “ Kami datang ke Bogor tidak saling mengenal, dan Insya Allah kelak kami akan berpisah sebagai kawan seperjuangan yang ikhlas mengabdi untuk negeri”. Di Bumi Pengembangan Insani kami semua terus belajar berbagai macam hal yang akan menjadikan kami kuat dan tangguh serta membawa manfaat untuk saudara kami di ujung sana. Aamiin… Kami semua yakin seselesainya pembinaan ini kami mampu menjadi orang yang “Bangga menjadi guru. Guru berkarakter menggenggam Indonesia”.

No comments:

Post a Comment