- PENDAHULUAN
Potensi agama sudah dimiliki setap
anak sejak mereka berada dalam kandungan. Potensi itu dapat berkembang selaaras
dengan perkembangan anak tersebut asalkan didukung dengan lingkungan yang
bernuansa Islami. Lingkungan Islami seperti ini akan merangsang perkembangan
potensi agama yang terpendam. Namun,
lingkungan seperti ini belum bisa menjamin seluruh potensi agama dalam diri
setiap anak tersebut dapat lahir. Hal
ini harus didukung pula dengan pendidikan Islam dalam keluarga, sekolah maupun
masyarakat. Dengan begitu potensi tersebut dapat memberikan arah yang sesuai
dengan tuntunan agama Islam. Potensi agama lahir diawali dengan rasa agama
dalam diri setiap anak. Rasa agama ini harus dikristalkan agar bisa membentuk
hati nurani sehingga setiap anak mampu membedakan perbuatan baik, buruk, benar
maupun salah.
Rasa agama adalah nilai agama yang
telah mengkristal dalam diri manusia sebagai produk hasil dari internalisasi nilai
melalui:
- proses mengalami
- semenjak dini
- secara continue
- konsisten
- berkelanjutan
Dari definisi diatas dapat dipahami
rasa agama lahir melalui 5 faktor
tersebut. Disini pendidikan agama
sangaat berperan dalam pembentukan proses perkembangan rasa agama.
Dari penjelasan diatas, peniliti
tertarik melakukan penelitian terhadap seseorang tentang rasa agama yang mereka
alami mulai dari proses pembentukannya sampai rasa agama tersebut mampu
menemukan jati dirinya dan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia. Peniliti
ingin mengetahui seberapa penting peran keluarga dalam pengkristalan rasa agama
anaknya dan juga ingin mengetahui seberapa dalam rasa agama mengkristal ketika seorang anak melewati fase
balita,anak-anak, remaja sampai beranjak dewasa. Karena pada dasarnya rasa
agama ini pasti dimiliki setiap manusia di dunia sebagai potensi yang diberikan
Allah kepada makhluk-Nya yang paling sempurna agar senantiasa menhamba
kepada-Nya serta menjadi khalifah bagi dirinya sendiri dan untuk di muka bumi ini. Rasa agama ini sebagai
rujukan lahirnya kepercayaan dan keberadaan Tuhan dan para malaikat serta
mempercayai adanya surga dan neraka. Dengan adanya keprcayaan itu maka setiap
manusia akan senantiasa berhati-hati
dalam bertindak dan mengambil keputusan dalam hidupnya. Kepercayaan atau
keyakinan inilah yang biasa disebut dengan iman. Ada salah satu pernyataan dari
korespondensi ketika melakukan wawancara. Dia mengatakan “ Apakah Allah akan
mengampuni segala dosa yang telah kuperbuat selama ini? Mengingat tidak ada
satu pun ibadah yang aku lakukan untuk-Nya. Padahal, sudah banyak nikmat yang
aku terima dan aku tidak mensyukurinya selama ini dan sekarang nikmat itu sudah
kembali kepada Allah yang ada hanyalah cobaan berat dan aku tidak tahu apakah
sanggup untuk menjalaninya?” pernyataan tadi sudah cukup mencerminkan betapa
lemahnya iman yang dipunya karena seandainya dia mau mempercayai bahwa Allah Maha
Pengasih maka kalimat tersebut tidak akan keluar dari mulutnya. Hal inilah yang
menjadi fokus masalah dalam penelitian.
Dengan adanya penelitian, diharapkan
kita bisa menyadari pentingnya pendidikan agama dalam keluarga, sekolah bahkan
masyarakat karena hal tersebut dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya bahkan
berkembang atau tidak berkembangnya rasa agama sesorang. Selain itu, kita mampu
untuk mengukur seberapa dalam rasa agama yang sudah mengkristal dalam diri kita sehingga kita senantiasa bisa melakukan
introspeksi setiap melakukan kesalahan
sehingga kesalahan tersebut tidak
terulang kembali. Keprihatinan peniliti terhadap rendahnya rasa agama yang dimiliki
setiap anak di zaman sekarang inilah yang menjadi dasar asumsi untuk melakukan
penelitian.Dari penilitian ini maka akan dikaitkan antara teori dengan fakta
yang terjadi di tengah masyarakat. Keterkaitan tersebut akan dianalisis
sehingga penelitian ini memberikan kontribusi terhadap perkembagan rasa agama.
- STUDI KASUS
Pada tanggal 9 junari 1987,Tito Legowo
lahir ditengah keluarga yang berpendidikan. Ayah ibunya bekerja sebagai guru
dan Tito hanya memiliki seorang kakak laki-laki. Sejak kecil kakaknya tinggal
di rumah nenek dan Tito jarang sekali bertemu dengan kakaknya. Ayah ibunya
bekerja sebagai pengajar di salah satu sekolah di Demak dan sepulang dari
sekolah mereka melanjutkan pekerjannya sebagai
pedagang demi mencukupi kebutuhan keluarganya. Tito hanya bisa merasakan
kenyamanan dalam keluarga saat malam tiba dan ketika itu juga orang tuanya
telah lelah beraktivitas seharian. Dalam kesehariannya, Tito banyak
menghabiskan waktu bermain dengan teman-teman sebaya. Bahkan pendidikan agama
Islam yang menjadi kewajiban orang tuanya tidak dia dapatkan seutuhnya. Orang
tuanya menyerahkan kewajiban tersebut melalui guru agama yang bertugas mengajar
Tito untuk mengenal Islam mulai dari mengaji, hapalan surat dan doa sehari-hari
hingga belajar praktek sholat. Kegiatan ini berlangsung mulai dari kelas 5
Sekolah Dasar Kebun Agung hingga Tito memasuki gerbang SMA Negeri 1 Dempet.
Keadaan ini memberikan kesempatan Tito untuk melakukan penyimpangan demi
mendpatkan kesenangan. Sejak kelas 2 SD, Tito sudah bisa menikmati rokok meski
tidak terlalu sering hanya sekedar mencoba-coba. Kebisaan ini berlanjut ketika
Tito mulai duduk di bangku SMP Negeri 1 Dempet. Dia semakin sering merokok
apalagi teman-temanya memiliki kebiasaan yang sama pula.Prilaku buruk ini
semakin menjadi ketika dia beranjak remaja. Dia mulai mendekati minuman
keras dan mulai terjerumus dengan
prbuatan tercela lainnya. Tito sering bolos dan prestasi belajarnya tidak
dihiraukannya lagi. Niali-nilai agama yang sudah tertanam sejak dia kecilkini
tidak mampu menahan kenakalan remaja yang dia jalani. Tito jarang melakukan
sholat dan ibadah wajib lainnya. Meski demikian, orang tua tidak mengetahui
kalu Tito sudah terperangkap dalam perbuatan yang dilarang oleh Islam. Sedikit
pun tidak ada rasa dosa ketika dia
melakukan perbuatan tersebut
Hingga pada suatu malam tepat pukul
12.00 WIB, ketika Tito mengendarai motornyadalam keadaan mabuk dia mengalami
kecelakaan. Untungnya kecelakaan tersebut tidak sampai merenggut nyawanya hanya
saja penglihatan Tito mengalami kebutaan secara cepat dan total. Keadaan ini
membuat dirinya sangat shock. Ada rasa amarah, sedih bahkan penyesalan yang
sangat mendalam.Apalagi ketika dia mendengar bahwa dirinya harus menyandang
status tunanetra. Hatinya kalut tak terkira. Tangis pun mulai menggambarkan rasa
penyesalannya.
Sejak kejadian itu, Tito menjadi
pemurung. Keluarganya pun menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Semakin hari
keluarganya semakin dekat dan tak henti-hentinya memberikan dukungan agar Tito
dapat bersabar menghadapi cobaan ini. Rasa bersalah Tito semakin mendalam
bahkan dia mulai meragukan betapa Maha Pengasihnya Allah kepada setiap
makhluk-Nya karena dia tidak yakin kalau Allah akan mengampuni dosa-dosa yang
dia lakukan. Dia menganggap kecelakaan ini sebagai hukuman yang harus dia alami
untuk menembus dosa yang lalu. Kecelakaan itu terjadi ketika Tito berusia 20 tahunn dan tahun 2011 Tito mulai menerima pendidikan
sebagai tunanetra di Panti Sosial Bina Netra di Sewon. PSBN inilah yang mulai
memperkenalkan Islam yang selama ini hanya dipahami sebagai mata pelajaran saja
bukan sebagai ilmu yang mampu mengembangkan rasa agama dalam dirinya yang
bertugas membntuk hati nurani. Meski pun dulu dia sudah khatam Al-Qur’an namun sesungguhnya
dia masih belum bisa memahami dan mengamalkannyadalam kehidupan sehari-hari.
Sekarang dia berusaha untuk beiibadah dan menjalankan dengan sunguh-sungguh
meski masih ada ragu tentang kebesaran Allah untuk mengampuni dosanya.
Setidaknya saat ini dia merasa nyaman dengan lingkungannya karena lingkungan inilah yang membuatnya sadar
kalau dia harus segera bertaubat kepada Allah karena di dunia ini tidak ada kata untuk kata terlambat apalagi dalam
hal bertaubat.
- Analisis Kasus
a. pengertian konversi agama menurut
etimologi konversi berasal dari kata lain “conversio” yang berarti: tobat,
pindah, dan berubah(agama). Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata
inggris conversion yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan atau
dari suatu agama ke agama lain (change from one state, or from religion, to
another).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat
disimpulkan bahwa konversi agama mengandung pengertian : bertobat, berubah
agama, berbalik pendirian terhadap ajaran agama atau masuk ke dalam agama
(menjadi paderi).
b.
pengertian konversi agama menurut terminologi. Menurut pegertia ini akan
dikemukakan beberapa pendapat tentang pengertian konversi agama antara lain:
1. Max Heirich mengatakanbahwa
konversi agama adalah suatu tindakan di mana sesorang atau sekelompok orang
masuk atau berpindah kesuatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan
dengan kepercayaan sebelumnya.
2. william james mengatakan,
konversi agama adalah dengan kata-kata: to be converted, to be regenerated, to
recieve grace, to experience religion, to gain an assurance, are so many
pharases whichdenotes to the process, gradual or sudden, by which a self
hitther devide, and consiouly wrong inferior and unhappy, becomes unified and
consiously right superior and happy, in consequence of its firmer hold upon
religious realities.[1]
- Ciri-Ciri Konversi Agama
Konversi
agama yang dimaksudkan uraian diatas memuat beberapa pengertian dengan
ciri-ciri :
a. Adanya
perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan
yang dianutnya.
b. Perubahan
yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjdi
secara berproses atau secara mendadk.
c. Perubahan
tersebut bukan hanya berlaku bagi pepindahan kepercayaan dari suatu agama ke
agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang
dianutnya sendiri.
d. Selain
faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebabkan faktor
petunjuk dari Yang Maha Kuasa.[2]
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Konversi
a. Faktor
Intern
Perkembangan jiwa keagamaan selain ditentutukan
oleh faktor ekstern juga ditentukan oleh faktor ekstern seseorang. Secara garis
besar faktor-faktor yang ikut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa keagamaan
antara lain adalah faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi
kejiwaan seseorang.
- faktor Hereditas
jiwa keagamanan memang bukan secara langsung
sebagai faktor bawaan yang diwariskan secara turun temurun, melainkan terbentuk
dari berbagai unsur kejiwaan lainnya yang mencakup kognitif, afektif, dan
konotatif.
- tingakt Usia
tingkat perkembangan usia dan kondisi yang dialami
para remaja ini menimbulkan konflik kejiwaan, yang cenderung mempengaruhi
konversi agama.hubungan antara perkembangan jiwa keagamaan tampaknya tak dapat
dihilangkan begitu saja. Bila konversi lebih dipengaruhi oleh sugesti, maka
tentunya konversi lebih banyak terjadi paa anak-anak, mengingat ditingkat usia
tersebut mereka lebih mudah menerima sugesti. Namun, pada usia bayapun masih
terjadi konversi agama.
- kepribadian
hubungan antara unsur, yaitu unsur hereditas
dengan pengaruh lingkungan ini yang membentuk kepribadian.
- kondisi kejiwaan
pendekatan-pendekatan psikoogi kepribadian ini
menginformasikan bagaimana hubungan kepribadian dengan kondisi kejiwaan
manusia. Hubungan ini selanjutnya mengungkapkan bahwa ada suatu kondisi kejiwaan
yang cenderung bersifat permanen pada diri manusia yang terkadang bersifat
menyimpang.
- faktor ekstern
- lingkungan keluarga
keluarga merupakan satuan sosial yang paling
sederhana dalam kehidupan manusia. Anggota-anggotanya terdiri atas ayah ibu dan
anak-anak. Bagi anak-anak, keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
dikenalnya. Dengan demikian, kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awa
bagi pembentukan jiwa keagamaan anak.
- Lingkungan Institusional
Lingkungan institusional yang ikut mempengaruhi
perkembangan jiwa keagamaan dapat berupa institusi formal seperti sekolah
ataupun yang normal seperti berbagai perkumpulan dan organisasi. Sekolah
sebagai institusi formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan
kepribadian anak.
- lingkungan Masyarakat
dalam uraian Wiliam James yang berhasil meneliti
pengalaman berbagai tokoh yang mengalami konversi agama menyimpulkan sebagai
berikut :[3]
- konversi agama terjadi karena adanya suatu tenaga jiwa yang menguasai pusat kebiasaan seseorang sehingga pada dirinya muncul persepsi baru, dalam bentuk suatu ide yang bersemi secara mantap.
- konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak (tanpa suatu proses).
Berdasarkan gejala tersebut starbuck
membagi konversi agama menjadi 2 yaitu,
1. Tipe Volitional (perubahan
bertahap)
2. Tipe Self-Surrender
(perubahan drastis)
Dr. Zakiah Darajat memberikan
pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui lima tahap,
yaitu :
1. Masa tenang
Di saat ini kondisi jiwa seseorang
berada dalam keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
Trejadi sikap apriori terhadap agama.
2. Masa ketidak tenangan
Tahap ini berlangsung jika masalah
agama telah mempengaruhi batinnya.
3. masa konversi
tahap ketiga ini terjadi setelah
konflik batin mengalami keredaan, karena kemantapan batin telah terpenuhi
berupa kemampuan menentukan keputusan untuk memilih yang dianggap serasi
ataupun timbulnya rasa pasrah.
4. masa tenangdan tentram
masa tenang dan tentram yang kedua ini
berada dengan tahap sebelumnya.
5. masa ekspresi konversi
pencerminan ajaran dalam bentuk amal
dan perbuatan yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi
agama itu dalam kehidupan.
3. Hubungan sikap Kepribadian
dan sikap Keagamaan
Menurut sigmund freud merumuskan
sistem kepribadian menjadi tiga sistem yaitu,
1. id
mempunyai fungi menunaikan prinsip
kehidupan asli manusia berupa penyaluran dorongan naluriah.
2. Ego
Berfungsi menyalurkan dorongan id ke
keadaan nyata.
3. Super Ego
Tujuan super ego adalah membawa
individu membawa kearah kesempurnaan sesuai dengan pertimbangan keadilan dan
moral.
Berdasarkan penjelasan teori diatas,
pengalaman Tito merupakan salah satu penglaman
konversi agama karena terjadi perubahan dalam memaknai agama itu yang
dianutnya. Kecelakaan tersebut membuat Tito dalam keadaan yang tidak stabil.
Perlahan-lahan dia mengalami proses konversi agama yang deikemukakan oleh Dr.
Zakiah Darajat. Selain itu,faktor yang mempengaruhi konversi agama tersebut
sesuai dengan pengalaman yang dilalui Tito. Pengaruh lingkungan barusetelah dia
mengalami kecelakaan membawanya dalam suasana hati yang tentram dan damai
sehingga nilai-nilai agama yang kemarin menghilang kini mucul kembali. Konversi
agama diawali dengan rasa bersalah yang mendalam sehingga mendesaknya untuk
melakukan perubahan. Selain lingkungan, terkadang petunjuk dari Sang Pencipta
membawa seseorang masuk dalam perubahan tersebut sesuai dengan pengalaman Tito
yang mendapatkan petunjuk dari Allah berupa kecelakaan sehingga dia bisa
kembali ke jalan yang benar. Tito sudah menjalani taubatnya dengan
mengekspresikan konversi agamanya berupa kegiatan Islami. Dia jadi rajin
menjalankan sholat dan melakukan ibadah lainnya. Keadaan ini membuatnya merasa
tenang. Padahal sebelumnya pasca kecelakaan tersebut, Tito mengalami gangguan
kejiwaan berupa tekanan yang tidak bisa dia hindari. Tekanan ini membuatnya
harus merubah pandangan tentang kehidupan yang dia jalani.Jika dilihat dari
proses terjadinya konversi agama maka dapat kita katakan bahwa tipe konversi
agama seperti ini bersifat medadak atau secara dratis. Ketunanetraan yang Tito
alami membuatnya segera beralih atau berpaling dari kehidupannya yang kelam.
Dukungan jekyara sangat berperan dalam mempercepat terjadinya konversi agama
sebagai fakto eksteren. Tingkat usia Tito juga memperngaruhi berkembangnya
konversi tersebut. Mengingat ketika kecelakaan itu terjadi usia Tito sudah bisa
dikatakan sebagai pria dewasa sehingga kecelakan ini bisa dihadapidengan
keadaan yang cukup stabil. Karena usianya yang juga matang membawanya lebih
bisa melallui konversi ini dengan tenang.
No comments:
Post a Comment