Thursday, 30 January 2014

Makalah Pendidikan Multikultural




PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI MAN SAMPIT-KALTENG
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya dan bahasa. Kesemuanya itu merupakan anugrah Tuhan yang luar biasa. Namun keberagaman tersebut jika tidak dipahami dengan benar, akan menimbulkan perpercahan.
Untuk mengatasi hal tersebut kita membutuhkan solusi yang bisa memberi pencerahan atas hal tersebut. Salah satunya adalah dengan menggalakkkan pendidikan berbasis multikultural, yang sering kita sebut dengan pendidikan multikultural.
Dengan adanya pendidikan multikultural ini, diharapkan dapat memberi pemahaman khususnya kepada para pelajar sebagai estafet pembangunan bangsa agar bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana aktualisai pendidikan multikultural  di MAN 1 Sampit
2.      Bagaimana peran pendidikan multikultural terhadap siswa yang multi suku di MAN 1 Sampit
BAB II
ISI
A.    Profil Wilayah
1.      Histografi dan Demografi
Kabupaten Kotawaringin Timur atau yang lebih dikenal dengan Sampit adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sampit. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 16.496 km² dan berpenduduk kurang lebih sebanyak 373.842 jiwa pada tahun 2010. Kota Sampit terletak di antara 111°0’50” - 113°0’46” BT dan 0°23’14”- 3°32’54” LS, dengan batas-batas wilayah bagian utara berbatasan dengan provinsi Kalimantan Barat, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, bagian barat berbatasan dengan kabupaten Seruyan dan bagian timur berbatasan dengan kabupaten Katingan.
2.      Pandangan Hidup
Orang Sampit yang didominasi oleh suku Dayak mempunyai pandangan hidup  yang sering dikenal dengan semboyan Isen Mulang dan Mamut Menteng Ureh Mameh. Sebagaimana suku lain yang juga mempunyai pandangan hidup, suku Dayak sangat erat dalam memegang pandangan hidupnya. Hal ini tercermin dalam perilaku masyarakat nya yang akan di jelaskan pada pembahasan selanjutnya.
3.      Pola Hidup
Sebagaimana semboyan hidup yang dipegang erat oleh mereka (suku Dayak), yakni Isen Mulang yang mengandung arti pantang menyerah. Begitulah kehidupan masyarakat Kotawaringin Timur, dalam kesehariannya mereka tidak mudah menyerah dalam usaha dan pekerjaannya. Kemudian semobyan Mamut Menteng Ureh Mameh memiliki arti Mamut Menteng (gagah perkasa) , Ureh (giat) walaupun dalam realitasnya sekarang orang kalimantan dikatakan manja karena sumber daya alamnya yang melimpah, namun pada umumnya suku Dayak adalah orang-orang yang sangat giat bekerja dan Mameh pada umumnya orang dayak suka mengalah, namun jika sudah sampai titik jenuh nya mereka akan maju dan menyerang, oleh karena itu ini menjadi peringatan bagi siapapun yang ingin tinggal disana harus memahami dan menyesuaikan dengan budaya setempat.

B.     Pendidikan  Multikultural di MAN Sampit
1.      Pendidikan Multikultural Menurut Antropologi
Pendidikan multikultural merupakan suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan masalah-masalah keadilan sosial (social justice), demokarasi dan hak asasi manusia.[1] Azyumardi azra mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan[2]. Prudence Crandall mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta didik baik dari aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran kepercayaam) dan budaya (kultur). Secara lebih singkat Andersen dan Custer (1994) mengatakan bahwa pendidikan multikultural adalah pedidikan mengenai keragaman budaya[3]
2.      Ciri Khas Pendidikan Multikultural di MAN Sampit
Pendidikan Multikultural di sekolah ini memiliki ke unikan tersendiri. Karena sekolah ini merupakan sebuah madrasah, maka secara otomatis multi agama itu tidak begitu menonjol, begitu pula dengan multi segi ekonomi, karena rata-rata siswa yang bersekolah di sana berasal dari golongan keluarga tingkat menengah. Maka,  yang menjadi fokusnya adalah multi etnis.  Di sekolah ini terdapat beragam etnis diantaranya Dayak, Banjar, Jawa, Madura dan ada sebagian yang Batak. Dalam kesehariannya mereka bisa saling bergaul denganm sesamanya meskipun mereka terdiri dari beragam etnis yang berbeda. Khusnya kepada Suku Madura, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perang suku antara Madura dan Dayak telah menimbulkan diskriminasi tersendiri bagi suku Madura, dimana setelah perang tersebut, seringkali orang-orang Madura dipandang sebelah mata. Namun itu sudah berlalu, sering dengan digalakkannya pendidikan multikultural ini, dengan sendirinya diskriminasi itu mulai terkikis. 
3.      Peran Pendidikan Multikultural di MAN Sampit
Berbicara masalah peran, pendidikan multikultural yang ada di sekolah MAN Sampit ini benar-benar memiliki peran yang sangat signifikan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pendidikan Multikultural disana benar-benar efisien. Mengapa bisa beigtu? Itu semua tidak terlepas dari usaha kerjasama yang telah dilakukan pihak sekolah, terutama guru nya. Sebagaimana wawancara yang telah saya lakuakan seorang guru antropologi misalanya, beliau menyatakan bahwa dalam kegiatan mengajarnya sebisa mungkin selalu disisipkan nilai-nilai multikultural. Contoh : dalam memagi kelompok diskusi beliau selalu mencampurkan dalam satu kelompok tersebut beberapa suku. Bahkan menariknya dalam sebuah pertemuan belajar beliau memberi tugas untuk mencari ragam budaya yang berbeda. Misal, siswa Madura disuruh mencari budaya Dayak begitu pula sebaliknya, tidak hanya berhenti samp[ai disitu, beliau juga meminta siswa untuk memerankannya. Hal tersebut dilakaukan untuk menanamkan kesadaran kepada para siswa, agar mereka memahami bahwa dalam satu sekolahpun mereka tidak hanya terdiri dari golongan mereka sendiri, tapi terdapat multi etnis, yang kesemuanya itu perlu difahami sebagai budaya bangsa yang satu, sekali[un berbeda, namun perbedaan itu tidak menjadikan mereka harus nercerai berai.
Itu adalah sekilas gambaran dari berbagai hal yang diusahakan oleh para guru di sana agar pendidikan multikultural tersebut benar-benar efisien.
C.     Doktrin tentang Multikultural
Tak ada yang bisa membuat suatu bangsa terpecah, sekalipun ia terdiri dari berbagi multi baik itu etnis, budaya, ras, agama dll. Semua itu dalah anugrah Tuhan yang harus kita syukuri dan terus dijaga kelestariannya. Layaknya simbol bangsa ini “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tapi tetap satu jua.









BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan multikultural, yakni pendidikan yang berbasis multikultural. Dimana dalam pendidikan ini tidak memandang perbedaan dari status peserta didik, baik itu status ekonomi, suku, ras dan agama. Dalam bangsa yang sangat plural seperti Indonesia peran dari pendidikan Multikultal ini memberikan kontribusi yang sangat baik, sebagaimana di MAN Sampit ini, dimana pendidikan kultural tersebut mampu mengikis diskriminasi terhadap orang-orang Madura pasca peperangan suku itu.  demi terciptanya masyarakat Indonesia yang memahami perbedaan diantara mereka sehingga tercipta bangsa yang bersatu.










Daftar Pustaka
H.A.R Tilaar,2003.Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi Kultural. IndonesiaTera.
H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta
Imron,Mashadi, 2009. Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme. Jakarta : Balai Litbang Agama
kotimkab.go.id/ di akses 13 Mret 2012 jam 10.00 WIB


[1] H.A.R Tilaar,2003.Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi Kultural.IndonesiaTera. Hal. 167
[2] Imron,Mashadi, Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme. Balai Litbang Agama. Jakarta.2009 Hal. 48
[3] H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta. Hal. 28

No comments:

Post a Comment