PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI MAN SAMPIT-KALTENG
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, budaya
dan bahasa. Kesemuanya itu merupakan anugrah Tuhan yang luar biasa. Namun
keberagaman tersebut jika tidak dipahami dengan benar, akan menimbulkan
perpercahan.
Untuk mengatasi hal tersebut kita membutuhkan solusi
yang bisa memberi pencerahan atas hal tersebut. Salah satunya adalah dengan
menggalakkkan pendidikan berbasis multikultural, yang sering kita sebut dengan
pendidikan multikultural.
Dengan adanya pendidikan multikultural ini,
diharapkan dapat memberi pemahaman khususnya kepada para pelajar sebagai
estafet pembangunan bangsa agar bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana aktualisai pendidikan
multikultural di MAN 1 Sampit
2.
Bagaimana peran pendidikan multikultural
terhadap siswa
yang multi suku di MAN 1 Sampit
BAB II
ISI
A.
Profil Wilayah
1.
Histografi dan
Demografi
Kabupaten Kotawaringin Timur
atau yang lebih dikenal dengan Sampit adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Sampit. Kabupaten ini memiliki luas
wilayah 16.496 km² dan berpenduduk kurang lebih sebanyak 373.842 jiwa pada
tahun 2010. Kota
Sampit terletak di antara 111°0’50” - 113°0’46” BT dan 0°23’14”- 3°32’54” LS,
dengan batas-batas wilayah bagian utara berbatasan dengan provinsi
Kalimantan Barat, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa, bagian barat
berbatasan dengan kabupaten Seruyan dan bagian timur berbatasan dengan
kabupaten Katingan.
2.
Pandangan Hidup
Orang
Sampit yang didominasi oleh suku Dayak mempunyai pandangan hidup yang sering dikenal dengan semboyan Isen
Mulang dan Mamut Menteng Ureh Mameh. Sebagaimana suku lain yang juga
mempunyai pandangan hidup, suku Dayak sangat erat dalam memegang pandangan hidupnya.
Hal ini tercermin dalam perilaku masyarakat nya yang akan di jelaskan pada
pembahasan selanjutnya.
3.
Pola Hidup
Sebagaimana
semboyan hidup yang dipegang erat oleh mereka (suku Dayak), yakni Isen
Mulang yang mengandung arti pantang menyerah. Begitulah kehidupan
masyarakat Kotawaringin Timur, dalam kesehariannya mereka tidak mudah menyerah
dalam usaha dan pekerjaannya. Kemudian semobyan Mamut Menteng Ureh Mameh memiliki
arti Mamut Menteng (gagah perkasa) , Ureh (giat) walaupun dalam
realitasnya sekarang orang kalimantan dikatakan manja karena sumber daya
alamnya yang melimpah, namun pada umumnya suku Dayak adalah orang-orang yang
sangat giat bekerja dan Mameh pada umumnya orang dayak suka mengalah,
namun jika sudah sampai titik jenuh nya mereka akan maju dan menyerang, oleh
karena itu ini menjadi peringatan bagi siapapun yang ingin tinggal disana harus
memahami dan menyesuaikan dengan budaya setempat.
B.
Pendidikan Multikultural di MAN Sampit
1.
Pendidikan
Multikultural Menurut Antropologi
Pendidikan
multikultural merupakan suatu wacana yang lintas batas, karena terkait dengan
masalah-masalah keadilan sosial (social justice), demokarasi dan hak
asasi manusia.[1]
Azyumardi azra mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai pendidikan untuk
atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur
lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan demi secara keseluruhan[2].
Prudence Crandall mengemukakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan
yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta didik
baik dari aspek keragaman suku (etnis), ras, agama (aliran kepercayaam) dan
budaya (kultur). Secara lebih singkat Andersen dan Custer (1994) mengatakan
bahwa pendidikan multikultural adalah pedidikan mengenai keragaman budaya[3]
2.
Ciri Khas
Pendidikan Multikultural di MAN Sampit
Pendidikan
Multikultural di sekolah ini memiliki ke unikan tersendiri. Karena sekolah ini
merupakan sebuah madrasah, maka secara otomatis multi agama itu tidak begitu
menonjol, begitu pula dengan multi segi ekonomi, karena rata-rata siswa yang
bersekolah di sana berasal dari golongan keluarga tingkat menengah. Maka, yang menjadi fokusnya adalah multi etnis. Di sekolah ini terdapat beragam etnis
diantaranya Dayak, Banjar, Jawa, Madura dan ada sebagian yang Batak. Dalam
kesehariannya mereka bisa saling bergaul denganm sesamanya meskipun mereka
terdiri dari beragam etnis yang berbeda. Khusnya kepada Suku Madura,
sebagaimana kita ketahui bersama bahwa perang suku antara Madura dan Dayak
telah menimbulkan diskriminasi tersendiri bagi suku Madura, dimana setelah
perang tersebut, seringkali orang-orang Madura dipandang sebelah mata. Namun
itu sudah berlalu, sering dengan digalakkannya pendidikan multikultural ini,
dengan sendirinya diskriminasi itu mulai terkikis.
3.
Peran Pendidikan
Multikultural di MAN Sampit
Berbicara
masalah peran, pendidikan multikultural yang ada di sekolah MAN Sampit ini
benar-benar memiliki peran yang sangat signifikan. Sebagaimana telah dijelaskan
di atas bahwa pendidikan Multikultural disana benar-benar efisien. Mengapa bisa
beigtu? Itu semua tidak terlepas dari usaha kerjasama yang telah dilakukan
pihak sekolah, terutama guru nya. Sebagaimana wawancara yang telah saya
lakuakan seorang guru antropologi misalanya, beliau menyatakan bahwa dalam
kegiatan mengajarnya sebisa mungkin selalu disisipkan nilai-nilai
multikultural. Contoh : dalam memagi kelompok diskusi beliau selalu
mencampurkan dalam satu kelompok tersebut beberapa suku. Bahkan menariknya
dalam sebuah pertemuan belajar beliau memberi tugas untuk mencari ragam budaya
yang berbeda. Misal, siswa Madura disuruh mencari budaya Dayak begitu pula
sebaliknya, tidak hanya berhenti samp[ai disitu, beliau juga meminta siswa
untuk memerankannya. Hal tersebut dilakaukan untuk menanamkan kesadaran kepada
para siswa, agar mereka memahami bahwa dalam satu sekolahpun mereka tidak hanya
terdiri dari golongan mereka sendiri, tapi terdapat multi etnis, yang
kesemuanya itu perlu difahami sebagai budaya bangsa yang satu, sekali[un
berbeda, namun perbedaan itu tidak menjadikan mereka harus nercerai berai.
Itu
adalah sekilas gambaran dari berbagai hal yang diusahakan oleh para guru di
sana agar pendidikan multikultural tersebut benar-benar efisien.
C.
Doktrin tentang
Multikultural
Tak ada yang bisa membuat suatu bangsa terpecah,
sekalipun ia terdiri dari berbagi multi baik itu etnis, budaya, ras, agama dll.
Semua itu dalah anugrah Tuhan yang harus kita syukuri dan terus dijaga kelestariannya.
Layaknya simbol bangsa ini “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tapi tetap satu
jua.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan multikultural, yakni pendidikan yang
berbasis multikultural. Dimana dalam pendidikan ini tidak memandang perbedaan
dari status peserta didik, baik itu status ekonomi, suku, ras dan agama. Dalam
bangsa yang sangat plural seperti Indonesia peran dari pendidikan Multikultal
ini memberikan kontribusi yang sangat baik, sebagaimana di MAN Sampit ini,
dimana pendidikan kultural tersebut mampu mengikis diskriminasi terhadap
orang-orang Madura pasca peperangan suku itu.
demi terciptanya masyarakat Indonesia yang memahami perbedaan diantara
mereka sehingga tercipta bangsa yang bersatu.
Daftar Pustaka
H.A.R Tilaar,2003.Kekusaan Dan Pendidikan
Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi Kultural. IndonesiaTera.
H.A Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural
di Sekolah. UPT penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta
Imron,Mashadi, 2009. Pendidikan Agama Islam
Dalam Persepektif Multikulturalisme. Jakarta : Balai Litbang Agama
kotimkab.go.id/
di akses 13 Mret 2012 jam 10.00 WIB
[1] H.A.R
Tilaar,2003.Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi
Kultural.IndonesiaTera. Hal. 167
[2] Imron,Mashadi,
Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme. Balai Litbang
Agama. Jakarta.2009 Hal. 48
[3] H.A
Dardi Hasyim, Yudi Hartono. Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT
penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta. Hal. 28
No comments:
Post a Comment