Pesan dan Kesan
Menjadi bagian dari
MIS Nurul Falah adalah sebuah kesyukuran, menjadi masyarakat patuno adalah
anugerah Allah yang tidak bisa berhenti saya syukuri.
Masih jelas dalam
ingatan saat hari-hari pertama saya di wakatobi. Di sini, di empat ini, saya
diterima dengan ramah dan tulus. Saya hampir tak pernah merindukan kampung
halaman, karena di patuno sendiri saya merasa sudah seperti kampung halaman
sendiri.
Sebuah kesempatan luar
biasa yang tidak setiap orang mendspatkannya. Mengenal siswa-siswa yang luar
biasa, guru-guru yang baik layaknya saudara serta masyarakat dan tetangga yang
tulus.
Kalian semua yang luar
biasa, yang tak pernah segan sy singgahi rumahnya meski Cuma untu sekedar
bercanda bahkan meminta makan. Jujur, itu semua terasa sangat dalam. Terasa sangat
manis, mengingat bahwa kita saling mencintai.
Untuk guru-guru MIS,
saya bersyukur mendapatkan partner yang sangat luar biasa. Bukan sekedar teman
guru. Kita lebih dari itu. Makan bersama, jalan bersama bahkan curhatpun
bersama. Tak ada jarak. Ini yang membuat saya sangat betah berada di sekolah.
Kalian sudah menjadi keluarga kedua buat saya.
Untuk siswa-siswaku
tercinta, kejarlah mimpi kalian. Di luar sana berbagai ujian siap
mengecilkanmu. Namun jangan pernah menyerah hanya karena satu dua hal yang
menyulitkanmu. Wujudkanlah mimpi-mimpi kalian yang seriang kita teriakkan di
dalam kelas. Pantai-pantai yang pernah kita kunjungi menjadi saksi hidup bahwa
kalian pernah berteriak dengan bangga, bahwa kalian pernah menuliskannya dengan
penuh harap. Wujudkanlah dan ibu sangat menunggu kalian berkabar menceritakan
segala yang sduah kalian raih sejak kita berpisah.
Untuk Wali siswa dan
masyarakat Patuno, terimakasih telah menerima saya dengan penerimaan yang
sangat baik. Setiap hari saya berangkat dan pulang sekolah selalu disapa dengan
senyum ramah. Yang selalu menyapa saya di jalan dengan bahasa Wanci, meski
kadang saya hanya menjawab dengan senyuman karena tidak mengerti apa yang
ditanyakan.
12 Purnama hamper
purna. 1 tahun lamanya tunai sudah. Tidak terasa waktunya sudah hampir tiba. Saat
berpisah itu sudah tiba tanpa kita bisa mengelaknya. Serseing saya mendengar
orang mengatakan “ ibu guru jangan pergi” sesering itu juga lah saya
mengaminkannya. Berat terasa, sagat-sangat berat. Bahkan sejak 3 bulan terakhir
saya sudah merasakan ini sangat berat. Namun sudah menjadi sunnatullah, setiap
pertemuan pasti ada perpisahan. Namun saya ngin menambahkan bahwa setiap
perpisahan semoga ada pertemuan kembali. Aamin. Tak ada yang bisa menjamin
bahwa saya akan kembali lagi ke Wakatobi, namun Semoga Allah mempertemukan
kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik dari hari ini baik itu di Wakatobi
atau dimanapun.
Mengutip sebuah lagu,
saat kita berpisah jadikan robitoh pengikatnya, jadikan doa ekspresi rindu,
semoga kita bersua di surge.
Sekali lagi saya
ucapkan terimakasih atas segala ketulusan penuh cinta yang pernah diberikan
kepada saya. Semoga hubungan ini tak berhenti saat saya melangkah pergi
meninggalakan wakatoni, namun menjadi sebuah ikatan persaudaraan yang terus
berlanjut hingga akhir hayat. Semanis hari ini, sebiru hari ini seperti itulah
saya akan mengenang wakatobi dan segala masyarakatnya yang saya cintai.
Kalian akan terus
terkenang, meski kita telah terpaut jarak yang tak lagi dekat.
Mohon maaf atas segala
khilaf yang mungkin pernah ada saat kita mnjalani hari-hari bersama.
No comments:
Post a Comment