Thursday 12 May 2016

Pesan dan Kesan Perpisahan di Sekolah



Pesan dan Kesan

Menjadi bagian dari MIS Nurul Falah adalah sebuah kesyukuran, menjadi masyarakat patuno adalah anugerah Allah yang tidak bisa berhenti saya syukuri.
Masih jelas dalam ingatan saat hari-hari pertama saya di wakatobi. Di sini, di empat ini, saya diterima dengan ramah dan tulus. Saya hampir tak pernah merindukan kampung halaman, karena di patuno sendiri saya merasa sudah seperti kampung halaman sendiri.
Sebuah kesempatan luar biasa yang tidak setiap orang mendspatkannya. Mengenal siswa-siswa yang luar biasa, guru-guru yang baik layaknya saudara serta masyarakat dan tetangga yang tulus.
Kalian semua yang luar biasa, yang tak pernah segan sy singgahi rumahnya meski Cuma untu sekedar bercanda bahkan meminta makan. Jujur, itu semua terasa sangat dalam. Terasa sangat manis, mengingat bahwa kita saling mencintai.
Untuk guru-guru MIS, saya bersyukur mendapatkan partner yang sangat luar biasa. Bukan sekedar teman guru. Kita lebih dari itu. Makan bersama, jalan bersama bahkan curhatpun bersama. Tak ada jarak. Ini yang membuat saya sangat betah berada di sekolah. Kalian sudah menjadi keluarga kedua buat saya.
Untuk siswa-siswaku tercinta, kejarlah mimpi kalian. Di luar sana berbagai ujian siap mengecilkanmu. Namun jangan pernah menyerah hanya karena satu dua hal yang menyulitkanmu. Wujudkanlah mimpi-mimpi kalian yang seriang kita teriakkan di dalam kelas. Pantai-pantai yang pernah kita kunjungi menjadi saksi hidup bahwa kalian pernah berteriak dengan bangga, bahwa kalian pernah menuliskannya dengan penuh harap. Wujudkanlah dan ibu sangat menunggu kalian berkabar menceritakan segala yang sduah kalian raih sejak kita berpisah.
Untuk Wali siswa dan masyarakat Patuno, terimakasih telah menerima saya dengan penerimaan yang sangat baik. Setiap hari saya berangkat dan pulang sekolah selalu disapa dengan senyum ramah. Yang selalu menyapa saya di jalan dengan bahasa Wanci, meski kadang saya hanya menjawab dengan senyuman karena tidak mengerti apa yang ditanyakan.
12 Purnama hamper purna. 1 tahun lamanya tunai sudah. Tidak terasa waktunya sudah hampir tiba. Saat berpisah itu sudah tiba tanpa kita bisa mengelaknya. Serseing saya mendengar orang mengatakan “ ibu guru jangan pergi” sesering itu juga lah saya mengaminkannya. Berat terasa, sagat-sangat berat. Bahkan sejak 3 bulan terakhir saya sudah merasakan ini sangat berat. Namun sudah menjadi sunnatullah, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Namun saya ngin menambahkan bahwa setiap perpisahan semoga ada pertemuan kembali. Aamin. Tak ada yang bisa menjamin bahwa saya akan kembali lagi ke Wakatobi, namun Semoga Allah mempertemukan kembali dalam keadaan yang jauh lebih baik dari hari ini baik itu di Wakatobi atau dimanapun.
Mengutip sebuah lagu, saat kita berpisah jadikan robitoh pengikatnya, jadikan doa ekspresi rindu, semoga kita bersua di surge.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas segala ketulusan penuh cinta yang pernah diberikan kepada saya. Semoga hubungan ini tak berhenti saat saya melangkah pergi meninggalakan wakatoni, namun menjadi sebuah ikatan persaudaraan yang terus berlanjut hingga akhir hayat. Semanis hari ini, sebiru hari ini seperti itulah saya akan mengenang wakatobi dan segala masyarakatnya yang saya cintai.
Kalian akan terus terkenang, meski kita telah terpaut jarak yang tak lagi dekat.
Mohon maaf atas segala khilaf yang mungkin pernah ada saat kita mnjalani hari-hari bersama.

No comments:

Post a Comment