Aku tidak pernah berpikir sebelumnya bahwa menyusui adalah anugerah terindah dr Tuhan untuk seorang ibu. Meskipun setiap ibu tau persis bagaimana jatuh bangun perjuangan menyusui.
Narendra saat lahir kedunia sempat IMD meskipun hanya sebentar karena ASI ku belum keluar dan Narend mulai biru karena kedinginan. Beberapa jam setelah merasa cukup pulih aku mencoba untuk menyusui Narendra. Dia langsung pintar mengemut dan eng ing eng, bukan geli cuy yang aku rasa tapi sakit. Sudah pernah dengar sih sebelumnya kalau menyusui itu sakit. Saat pulang dari rumah sakit aku kembali mencoba menyusui Narendra tapi sepertinya ASI belum juga keluar. Aku santai aja karena aku tau kalau bayi kuat bertahan sampai 3 hari tanpa minum dan makan apapun. Hari kedua mulai galau, karena ASI belum juga keluar sementara Narendra mulai rewel karena mulai lapar. Pipis nya juga jarang sekali. Dan sekali pipis warna nya kuning pekat. Duh...
Bisikan mulai berdatangan dari segala penjuru mata angin. "Sambung Sufor aja dulu, kasihan itu bayinya". Dan misua adalah salah satu orang yang paling aku gemes karena ikut ikutan nyaranin sufor. Rasanya pengen tak tunjukkan segudang artikel yg ku baca yang mengatakan ASI adalah yang terbaik. Hiks...
Malamnya Narend semakin rewel. Aku sudah mulai gusar. Aku pun menangis. Ya Allah, tidak mungkin engkau biarkan bayi mungil ini kelaparan. Aku menangis sejadi jadinya. Memohon agar Allah mengeluarkan ASI ku. Sesegukan sambil menggendong Narend ditengah pulas nya org seisi rumah. Aku tahan tangis ku dg kerudung agar bunyi nya tidak membuat orang rumah tau. Aku bersyukur karena ibu mertua ku adalah orang yg selalu mensuport ku agar Narend hanya diberikan ASI.
Hari ketiga, bibir Narend sudah mulai mengelupas, pipis nya semakin jarang, sekali pipis warna nya pekat sekali. Ibu mana yg tidak runtuh hati nya melihat bayi nya mulai dehidrasi. Suami ku makin gencar meminta ku untuk memberi susu formula saja. Tamu yang datang menjenguk juga menyarankan hal yang sama. Ah.. Ya Allah, aku tetap browsing ke sana ke mari. Ada satu kata yg paling ku ingat adalah, jangan egois pada bayi mu, jangan sampai hanya karena ingin status nya ASI eksklusif lalu kita membiarkan ia dehidrasi hingga kuning dan masuk RS untuk di terapi sinar. Ya Allah akhirnya aku menyerah. Aku meminta suami membeli sekotak susu merah yg terkenal itu S*M. Aku berpesan pada suami "Yah, beli yang kotak nya paling kecil" karena aku gak pernah berpikir untuk menghabiskan susu itu. Dan... Suami pun datang dengan susu plus dot nya. Untung nya aku pernah baca kalau dot itu dilarang di dunia perASI an karena akan menyebabkan bayi bingung puting (tidak mau menyusu langsung dari payudara ibu). Aku memilih memberikan sufor itu dengan sendok. Anakku menjilat sendok kegirangan. Ya Allah... Gak kerasa air mata ku ngalir begitu saja. Ya Allah... Sesungguhnya aku gak ikhlas dia minum selain ASI ku.
Ya Allah aku gak pernah berhenti browsing, cari berbagai cara agar ASI bisa segera keluar. Ternyata cara terbaik agar ASI segera keluar adalah dengan menyusui sesering mungkin. Aku tetap menyusui Narend meskipun air susu belum juga menunjukkan tanda akan keluar. Stres sudah pasti. Apalagi puting sudah mulai lecet dan berdarah. Rasanya perjuangan menyusui ini lebih sakit dari pada melahirkan.
Hingga sore itu adek ipar ku bilang "Mbak ASI nya sudah keluar" karena dia melihat ASI yg menetes. Ya Allah rasanya seperti menang undian rumah dari Mirota Kampus. Aku menangis bersyukur. Aku tersenyum menatap Narend yang tertidur pulas di pangkuan ku. "Ayo nak setelah ini kita balas dendam, sudah 3 hari kan kamu lapar? Ayo menyusu yang banyak"
Perjalanan menyusui sukses begitu saja? Tidak pemirsa. Puting makin sakit dan berdarah, retak retak bos. Kebayangkan sakit nya. Aku kadang menaruh es batu di puting hanya untuk sekedar menghilangkan rasa sakit. Tapi sakitnya tidak kunjung sembuh. Setiap Narend menangis minta menyusu aku mulai keringat dingin karena terbayang sakitnya. Aku mencoba meminjam alat pumping sepupu nya suami. Alhamdulillah ada ASI yang keluar. Namun karena aku emang emak baru, nekat pakai dot karena Narend mulai tidak sabar kalau hanya di sendoki. Mulai lah pompa memompa dan memberikannya pakai dot.
Sakit pada puting semakin menyiksa, aku rasanya ingin memutuskan menjadi ibu eping saja (eping : eksklusif pumping) tapi baca baca pengalaman ibu lainnya, banyak yang kandas ditengah jalan, artinya susu nya kering dan akhir nya pakai formula. Duh jadi maju mundur.
Tentang payudara yang sakit, Ibu-ibu di grup fb menyarankan untuk mendatangi konselor laktasi agar bisa diajari pelekatan yang tepat. Karena menyusui yang benar itu harus nya tidaklah sakit. Tapi ini kecamatan di Cilacap bos bukan Jogja. Disini tidak ada konselor laktasi. Aku sudah hubungi banyak orang bertanya tentang bagaimana menyusui yang benar, sudah buka youtube puluhan kali untuk belajar teknik pelekatan yang benar. Semua gak ngaruh. Aku masih belum bisa. Oh God... I don't wanna give up. Tapi sakit nya semakin tak kuase. Aku akhirnya mulai sering pumping. Tapi yang namanya ibu baru belum pengalaman, aku pernah pumping hanya dapat 10 an tetes. Nangis lagi. Apakah ASI ku kering? Browsing lagi... Ternyata memang bisa saja hasil pumping sedikit tapi kalo disusui sebenarnya ASI nya cukup. Alhamdulillah dalam hati. Aku bersyukur sekali punya hp dan ada internet karna aku bisa belajar banyak dari sana, aku biasa googling pengalaman pribadi orang dalam menyusui karena terasa lebih nyata dibandingkan dengan membaca artikel yang ilmiah.
Eits.. Karena pumping hasilnya juga sedikit akhirnya tetap menyusui meskipun sakit hingga puncaknya puting ku jadi biru lebam. Aku ngadu ke suami.. Aku bilang aku gak mau tau pokoknya aku mau pulang ke jogja secepatnya. Bukan karena aku gak betah di rumah orang tua nya. Tapi karena aku mau segera ke klinik laktasi. Eh suami bilang tunggu dulu, sampai Narend besar dikit dulu. Ya Allah.... Rasanya waktu itu aku hanya berjuang sendirian mengurus anak karena suami di Jogja dan aku di Cilacap, belum lagi soal puting sakit, rindu yang tak terhankan pada suami, tentang mengurus bayi yang mulai begadang dan sering menangis ketika malam. Capek banget. Stres iya banget. Baby blues? Yessssss. Aku sudah mulai menjambak rambut ku sendiri. Kadang aku menatap bayi ku penuh amarah. Namun aku terus beristighfar, ya Allah dia bayi mungil yang telah ku tunggu sejak lama. Bagaimana mungkin aku menatapnya penuh benci? Ya Allah aku hanya butuh sedikit bersabar.....
Buat para suami, setelah melahirkan itu adalah hari yang sulit untuk istri kalian, temani lah, ringankan lah rasa sakit nya. Bila jauh, sering-seringlah menelepon nya, menanyakan kabar nya, kuatkan hatinya. Ia baru jadi ibu baru, ia kaget. Segalanya tiba-tiba berubah. Ia bukan pemarah dan pemalas, ia hanya perlu diberi waktu untuk beradaptasi dan dikuatkan lahir dan batin nya.
Tibalah hari kami pulang ke Jogja. Alhamdulillah Narend baik-baik saja. Pumping sudah sangat lancar. Sehari aku bisa dapat 1 liter lebih air susu. Narend masih menyusu langsung dan lebih sering pakai dot (isinya tetap ASI). Sampai aku mulai mencium tanda tanda Narend bingung puting. Narend mulai rewel saat menyusu. Mulai teriak-teriak dan gelisah. Aku tau ini pasti dot penyebab nya. Tapi aku tetap tidak bisa membuang dot nya. Karena dot ini lah satu satunya senjata ku untuk mengistirahtkan payudara dan diriku sendiri yang mulai tidak waras karena masih sakit saat menyusui.
Hingga suatu hari, Narend imunisasi, badannya panas, dia menangis rewel, tidak mau minum asi pakai dot, maunya nenen langsung. Aku bersyukur sekali, pelekatan ku juga mulai membaik itu artinya payudara ku sudah tidak sakit lagi saat menyusui. Bismillah akhirnya aku pensiun kan dot dot nya, empeng dan pompa susu itu. Dan akhirnya Narend bisa menyusu dengan baik hingga hari ini. Dan badannya alhamdulillah gembul, tanda ia menyusu dengan baik sampai sering dikira anak susu formula. Haha
Hari ini Aku hanya bisa terus bersyukur karena Allah berikan kesempatan bagiku untuk menyusui nya. Menyaksikan ia tumbuh dengan sehat dan tentu bonding yang lebih kuat yang tidak akan ku dapat bila aku membiarkan nya minum dari dot nya.
Good bye dot, selamat datang anakku, dipelukan ibu yang mencintaimu.