Monday, 26 December 2016

Catatan Perpisahan

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.20, aku bergegas memesan gojek untuk pergi mengajar. Aku berjanji akan datang pukul 08.30, 10 menit perjalanan cukup.
Hari ini hari terakhir aku mengajar di desa Babadan, Banguntapan. Mamang gojek telah sampai mengantarkanku di tempat tujuan. Aku langsung berlari menuju mushalla khawatir terlambat. Dan, krek.....(aku membuka pintu mushola dengan cepat)
"Yah.... Mbak Maria kok datengnya cepat sih, ketahuan deh" seru mereka dengan wajah kecewa.
Aku juga kaget melihat sisi ruangan di mushola telah terpasang hiasan hiasan dari kertas crap dan beberapa balon warna warni yang tergantung di dinding mushola.
Oh I see, rupanya mereka sedang mempersiapkan sebuah kejutan namun gagal karena aku lebih dulu datang sebelum dekorasi selesai. Karena aku terlanjur mengetahuinya, akhirnya mereka mengajak ku foto bersama saja di dinding dekorasi yang tak selesai.

Ah... anak-anak ini membuat perasaanku semakin sulit untuk berpisah.Tak cukup disitu, mereka juga memberikanku sebuah bingkisan yang baru aku tau isinya setelah sampai dirumah. Mereka memberiku jilbab pink dan bros pink (mereka tau saja warna kesukaanku). 
Dalam kado itu mereka juga menuliskan surat surat yang membuat haru. Aih.... anak anak terimakasih sudah mencintai Kaka, mencintai ilmu yang sudah diajarkan. Terimakasih juga telah berjanji untuk mengazzamkan diri untuk terus belajar AlQuran. Semoga menjadi penyelamat di yaumul mizan.
Duh Gusti, anak kecil juga pandai mengiris-iris perasaan. Perasaan perasaan seperti inilah yang membuatku tak pernah menyesal menjadi seorang guru.

Thursday, 22 December 2016

Selamat Hari Ibu. Ada Surga di Rumahmu


Ini ibuku.... ibu yang luar biasa seperti ibu-ibu lainnya
Aku memanggilnya Mama
Mama yang selalu bolak balik menelpon hanya untuk bertanya "mau dimasakkan apa nak?" saat aku bercerita sebentar lagi akan pulang kampung.Mama yang selalu memarahi adikku saat menggangguku tidur bila aku pulang
Mama yang selalu mengingatkanku untuk tidur saat menemuiku masih sibuk dengan handphone dan laptopku di tengah malam. Mama yang selalu menaruh selimut dan obat nyamuk saat mengetahui aku sudah tertidur pulas di ruang tengah. Mama yang selalu sigab menjadi alarm terbaik saat aku meminta di bangunkan, meminta diingatkan untuk mengerjakan ini dan itu.

Mama yang saat aku jauh selalu rutin mendoakanku. "Mama neh bedoa tarus siang malam supaya Opah sehat, banyak rejeki, dijaga Allah dari bahaya, jadi orang sukses"
Ah... aku selalu bergetar mendengar Ia mengulang doa-doanya pada Tuhan di hadapanku.
Aku curiga.... jangan-jangan kemudahan urusanku, kemudahanku mencapai impian-impianku itu semua karena doa-doa panjang seusai sholatnya.

Mama... kalau saja kau tau, aku rindu mama, setiap hari... Berharap suatu hari bisa benar-benar berada di sisi Mama, menjaga Mama dan hidup bersama di sisa usia kita. Memenuhi keinginan-keinginan Mama (termasuk keinginan Mama untuk menimang cucu, ini keinginan yang terus Mama katakan berulang-ulang saat menelponku)

Ah Mama, betapa beruntungnya aku masih memilikimu. Tuhan menjanjikan surga bila aku berbakti padamu.

Surga itu begitu dekat. Tapi, mengapa kita sibuk mengejar yang jauh? Surga itu ada di rumahmu. Ada di bawah telapak kaki Ibumu.

Doa Ibu menjadi washilah keselamatan dan keberkahan dalam hidup. Beruntunglah jika kita masih punya Ibu. Do'anya yang menggetarkan Arsy, membuat Allah ridho menurunkan segala kebaikan pada kita anaknya.

Ibu, aku mencintaimu seperti lautan yang mencintai airnya, tak pernah ingin berkurang sedikitpun.
Ibu celakalah aku, bila tak kutemukan surga di kaki mu.

Selamat Hari Ibu untuk Mamaku Tercinta.
Terimakasih atas cinta yang tulus dan doa yang tak pernah putus.