Gerakan Kendari Mengajar, Anak Muda
Berbagi Pelita
Oleh : Maria Ulfah, S.Pd.I
(Guru SGI Angkatan 7)
“Pemuda
adalah penerus harapan bangsa”. Kalimat ini kian akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari. Tak ada yang menampikkan, bahwa generasi muda memiliki pengaruh
besar dalam menentukan kehidupan bangsa di masa selanjutnya. Di tangan para
pemudalah narasi masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Namun apa yang terjadi
jika generasi muda yang jadi tampuk harapan tak mampu melakukan titah bangsanya
dengan baik?
Kehidupan
dewasa ini terus dihadapkan dengan globalisasi yang sudah barang tentu memiliki
pengaruh negatif yang tak pandang bulu. Pengaruh ini tanpa disadari telah
melunturkan semangat juang, rasa peduli (respect) pada pemuda bangsa.
Secara
umum, boyband dan girl band adalah citra anak muda masa kini. Ada banyak anak muda yang memilih untuk
terus hidup pada zona “nyaman” terus bergumul dengan hedonisme hingga tak punya
inisiatif dan semangat juang. Tak heran sering kali kita mendengar cibiran dari
pendahulu kita bahwa anak muda zaman kini tak lagi kritis, tak respect pada
suara rakyat di lapangan layaknya pemuda zaman dulu, dimana mahasiswa menjadi
aktor utama yang siap berkorban demi kepentingan kaum lemah. Di media masa juga
menjamur tulisan-tulisan yang menggaungkan bahwa kini anak muda telah
“impoten”. Impoten dalam sikap berfikir kritisnya hingga impoten mengenai rasa
peduli (respect) pada sekitarnya.
Namun
dibalik “impotennya” generasi muda masa kini, kita masih bisa temukan
sekelompok anak muda yang memiliki gelombang optimisme dan respect luar biasa.
Ada relawan-relawan muda yang bekerja dengan sepenuh hati bukan karena rupiah.
Mereka bekerja dengan ketulusan, kesungguhan dan menawarkan
terobosan-terobosan. Mereka adalah anak-anak muda hebat yang tergabung dalam
sebuah gerakan yang bernama “Gerakan Kendari Mengajar (GKM)”.
GKM,
begitu kelompok ini biasa dipanggil. GKM, sebagaimana namanya, ia berada di
kota Kendari tepatnya di Universitas Haluoleo. GKM hadir sebagai bentuk aksi
kritis generasi muda meilhat masalah yang terjadi di sekitar lingkugannya. Para
founding father menyadari bahwa,
turun ke jalan-jalan (demo-red) bukanlah jalan utama untuk merubah sebuah
keadaan, namun yang terpenting adalah “aksi nyata” yang bisa dilakukan demi
sebuah perubahan.
Kini,
GKM memiliki sejumlah volunter dari berbagai kalangan anak muda. Namun
rata-rata dari mereka adalah para mahasiswa. Mereka disatukan oleh visi yang
sama “Mendidik, Mengajar dan Menginspirasi”. Menjadi guru dan membuat
terobosan-terobosan kegiatan sosial pendidikan menjadi agenda utama dari GKM. GKM
merangkul banyak khalayak untuk ikut berpartisipasi, bahu-membahu, turun tangan
bersama dalam menyelesaikan sekelumit persoalan pendidikan Indonesia.
Para
volunteer GKM ditugaskan untuk mengajar beberapa daerah terpencil di sekitar
kendari. Salah satu daerah yang dituju adalah desa Nanga-nanga Kecamatan Baruga
Kota Kendari. Nanga-nanga adalah sebuah desa terpencil yang tak tersentuh
pembangunan besa-besaran kota Kendari yang kita saksikan belakangan ini. Jalan
yang rusak parah, tak ada sinyal hingga keadaan sekolah yang masih jauh dari
harapan menjadi beberapa alasan bagi GKM memilih Nanga-nanga sebagai salah satu
lokasi pengabdian para volunteernya.
Selain
mengajar di beberapa sekolah, GKM juga membuat sebuah kegiatan terobosan yang
layak diacungi jempol. Mulai dari penggalangan 1000 Buku untuk didistribusikan
ke sekolah-sekolah yang membutuhkan, hingga kegiatan Gerakan 1000 Buku Tulis
yang diselenggarakan baru-baru ini. Tidak bekerja sendiri, mereka juga
menggandeng Garuda Indonesia sebagai partnernya dalam kegiatan BSBT ini. Kegiatn
ini melibatkan banyak pihak yang memberikan donasi dari berbagai kalangan mulai
dari masyarakat Sulawesi Tenggara hingga belahan pulau Jawa.
Sebagai
generasi muda, kami turut berbangga, bahwa dalam kondisi Indonesia era kini masih
dapat kita temukan sekelompok anak muda yang respect dengan keadaan, tidak
hanya pandai mengkritik keadaan tapi mampu melakukan aksi nyata untuk sebuah
perubahan. Mereka memiliki sebuah keyakinan bahwa pelita kecil yang mereka
nyalakan lebih baik dari sekedar mengutuk kegelapan.