BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Di zaman sekarang
ini masyarakat dunia sedang dalam keadaan krisis kehidupan modern di berbagai
bidang. Persoalan-persoalan tentang kependudukan, kesenjangan global, rasisme,
nasionalisme sempit dan penggunaan tekhnologi yang tidak bertanggung jawab
telah mengancam dunia dan akan memusnahkannya jika tidak dikoreksi sesegera
mungkin. Persoalan-persoalan tadi berjalan seiring dengan tantangan
totalitarianisme modern, yakni hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam
masyarakat luas dan meningkatnya ‘kedunguan’ fungsional penduduk dunia. [1]
Untuk
mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya
dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan paling mungkin
mengenai tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.[2]
Sebagian
kalangan rekonstruksionis melihat sekolah sebagi agen kekuatan utama yang
menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia ‘menyantuni’ anak-anak didik
selama usia mereka yang paling peka. Dengan demikian ia dapat menjadi penggerak
utama pencerahan problem-problem sosial dan agigator utama perubahan sosial.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa itu aliran rekonstruksionisme?
2.
Bagaimana prinsip rekonstruksionisme dan
aplikasinya dalam pendidikan?
3.
Bagaimana
teori pendidikan
aliran rekonstruksionisme?
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah yang ada,
maka tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Tujuan
Penulisan
a. Mengetahui
tentang filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
b. Mengetahui
tentang prinsip-prinsip rekonstruksionisme dan aplikasinya dalam dunia
pendidikan
c. Mengetahui
tentang teori pendidikan rekonstruksionisme
2. Manfaat
Penulisan
a. Dengan
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada praktisi
pendidikan, dalam mengahadapi permasalahan yang ada.
b. Dapat
memberi sumbangan informasi kepada lembaga pendidikan, khususnya pendidikan
formal dalam melaksanakan pembelajaran berbasis rekonstruksi sosial.
D. Metodologi
Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini penulis menggunakan metode berpikir induktif, di mana penulis
menyajikan data-data yang ada kemudian mengambil sebuah kesimpulan.
Sedangkan dalam pendekatannya penulis menggunakan pendekatan filosofis.
BAB
II
ISI
A. Aliran
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari
bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.[3]
Pada dasarnya aliran
rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan amat
mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang
(hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami
ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak
sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat
perenialisme. Aliran perenialiseme memilih jalan kembali ke alam kebudayaan
abad pertengahan. Sementara itu aliran rekonstruksionisme berusaha membina
suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut
diperlukan kerjasama antar umat manusia. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan
bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat mausia atau bangsa.
Oleh karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat
akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma
yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga
terbentuk dunia baru dalam pengawasan ummat manusia.[4]
Dengan singkat dapa dikemukakan
bahwa aliran rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia
dimana kedaulatan dunia berada dalam pengayoman atau subordinat dari kedaulatan
dan otorita internasional.
B. Prinsip Rekonstruksionisme dan
Aplikasinya dalam Pendidikan
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam
publikasinya Dare the school build a new sosial order mengemukakan
bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila
sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan. Masyarakat yang
menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan
tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan
rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan
ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
Counts
mengajak para pendidik untuk membuang mentalitas budak mereka, agar secara
hati-hati menggapai kekuatan dan kemudian berjuang membentuk sebuah tatanan
sosial baru yang didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip
politik demokratis. Ia menyeru kalangan profesional pendidikan untuk
mengorganisir diri dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi
(PT) dan menggunakan kekuatan teroganisir mereka untuk kepentingan-kepentingan
masyarakat luas.[5]
Kecenderungan
pemikiran tersebut memunculkan sebuah kebalikan dari peran tradisional sekolah
sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju ke sebagai agen reformasi
kemasyarakatan yang bersifat aktif.
C. Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a. Tujuan
Pendidikan
1. Sekolah-sekolah
rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan
sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah
mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai
tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3. Tujuan
pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik
tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam
skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat
dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian
menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan
program aksi perbaikan masyarakat.
c. Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi
pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum
banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat
manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik
sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi
kolektif.
Struktur
organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses
penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
d. Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi
insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e. Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari
masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali
masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik
menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir
berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif
pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat
pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern yang dibangun atas kerjasama seluruh umat manusia melalui pendidikan.
Pemikiran konstruksionisme
menginginkan sebuah kebalikan dari peran tradisional sekolah sebagai pengalih
budaya yang bersifat pasif menuju ke sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang
bersifat aktif.
Dalam teori pendidikan
rekonstruksionisme pendidikan harus memunculkan kesadaran peserta didik akan
persoalan-persoalan sosial dan mendorong mereka untuk secara aktif memberikan
solusi terhadap permaslahan-permaslahan yang ada.
Daftar Pustaka
Binti Maunah, 2009. Landasan Pendidikan (Yogyakarta : Teras)
Djumberansjah Indar,
1994. Filsafat Pendidikan ( Surabaya
: Karya Abditama)
George R. Knight,
2007. Filsafat Pendidikan Terj. Mahmud Arif (Yogyakarta : Gama Media)
Jalaludin dan Abdullah
Idi, 1987. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan Pendidikan (Jakarta:
Gaya Media Pratama)
Mohammad Noor Syam,
1986. Filsafat Kependidikan dan
Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila (Surabaya : Usaha Nasional)
Mudyarhardjo Redja, 2004. Pengantar
Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada)
Teguh Wangsa Gandhi HW,
2011. Filsafat Pendidikan : Mazhab-Mazhab Filsafat pendidikan (Yogyakarta
: Arruz Media)
Daftar
Pustaka
[1]
George R. Knight, Filsafat Pendidikan
Terj. Mahmud Arif (Yogyakarta : Gama Media, 2007), hlm. 186
[2] Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila (Surabaya :
Usaha Nasional, 1986), hlm. 341
[3] Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan
Pendidikan ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 97.
[4] Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan : Mazhab-Mazhab Filsafat
pendidikan (Yogyakarta : Arruz Media, 2011), hlm. 190
[5] George S. Counts, Dare the School Build a New Social Order? (New
York : Joh Day Co, 1932) hlm. 28-30.
No comments:
Post a Comment