Wednesday, 25 April 2012

Filsafat Pendidliran Rekonstruksionisme




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Di zaman sekarang ini masyarakat dunia sedang dalam keadaan krisis kehidupan modern di berbagai bidang. Persoalan-persoalan tentang kependudukan, kesenjangan global, rasisme, nasionalisme sempit dan penggunaan tekhnologi yang tidak bertanggung jawab telah mengancam dunia dan akan memusnahkannya jika tidak dikoreksi sesegera mungkin. Persoalan-persoalan tadi berjalan seiring dengan tantangan totalitarianisme modern, yakni hilangnya nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat luas dan meningkatnya ‘kedunguan’ fungsional penduduk dunia. [1]
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan paling mungkin mengenai tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.[2]
Sebagian kalangan rekonstruksionis melihat sekolah sebagi agen kekuatan utama yang menyentuh kehidupan seluruh masyarakat, karena ia ‘menyantuni’ anak-anak didik selama usia mereka yang paling peka. Dengan demikian ia dapat menjadi penggerak utama pencerahan problem-problem sosial dan agigator utama perubahan sosial.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu aliran rekonstruksionisme?
2.      Bagaimana prinsip rekonstruksionisme dan aplikasinya dalam pendidikan?
3.      Bagaimana teori pendidikan aliran rekonstruksionisme?

C.     Tujuan dan Manfaat Penulisan
Sesuai latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Tujuan Penulisan
a.       Mengetahui tentang filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme
b.      Mengetahui tentang prinsip-prinsip rekonstruksionisme dan aplikasinya dalam dunia pendidikan
c.       Mengetahui tentang teori pendidikan rekonstruksionisme
2.      Manfaat Penulisan
a.       Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada praktisi pendidikan, dalam mengahadapi permasalahan yang ada.
b.      Dapat memberi sumbangan informasi kepada lembaga pendidikan, khususnya pendidikan formal dalam melaksanakan pembelajaran berbasis rekonstruksi sosial.

D.    Metodologi Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode berpikir induktif, di mana penulis  menyajikan data-data yang ada kemudian mengambil sebuah kesimpulan. Sedangkan dalam pendekatannya penulis menggunakan pendekatan filosofis.


BAB II
ISI
A.    Aliran Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.[3]
Pada dasarnya aliran rekonstruksionisme sepaham dengan aliran perenialisme bahwa ada kebutuhan amat mendesak untuk kejelasan dan kepastian bagi kebudayaan zaman modern sekarang (hendak menyatakan krisis kebudayaan modern), yang sekarang mengalami ketakutan, kebimbangan dan kebingungan. Tetapi aliran rekonstruksionisme tidak sependapat dengan cara dan jalan pemencahan yang ditempuh filsafat perenialisme. Aliran perenialiseme memilih jalan kembali ke alam kebudayaan abad pertengahan. Sementara itu aliran rekonstruksionisme berusaha membina suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan kerjasama antar umat manusia. Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat mausia atau bangsa. Oleh karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan ummat manusia.[4]
Dengan singkat dapa dikemukakan bahwa aliran rekonstruksionisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia dimana kedaulatan dunia berada dalam pengayoman atau subordinat dari kedaulatan dan otorita internasional.

B.     Prinsip Rekonstruksionisme dan Aplikasinya dalam Pendidikan
George counts sebagai pelopor rekonstruksionisme dalam publikasinya Dare the school build a new sosial order mengemukakan bahwa sekolah akan betul- betul berperan apabila sekolah menjadi pusat bangunan masyarakat baru secara keseluruhan. Masyarakat yang menderita kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang besar merupakan tantangan bagi pendidikan untuk menjalankan perannya sebagai agen pembaharu dan rekonstruksi sosial dari pada pendidikan hanya mempertahankan status qua dengan ketidaksamaan-ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terpendam di dalamnya.
Counts mengajak para pendidik untuk membuang mentalitas budak mereka, agar secara hati-hati menggapai kekuatan dan kemudian berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik demokratis. Ia menyeru kalangan profesional pendidikan untuk mengorganisir diri dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi (PT) dan menggunakan kekuatan teroganisir mereka untuk kepentingan-kepentingan masyarakat luas.[5]
Kecenderungan pemikiran tersebut memunculkan sebuah kebalikan dari peran tradisional sekolah sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju ke sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif.

C.     Teori Pendidikan Rekonstruksionisme
a.       Tujuan Pendidikan
1.      Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
2.       Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ”insinyur-insinyur” sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
3.      Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
b.      Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-kebutuhan programatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi perbaikan masyarakat.
c.       Kurikulum
Kurikulum berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusi, yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri; dan program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif. Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.
d.      Pelajar
Siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi manusia pembangun masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa depan.
e.       Pengajar
Guru harus membuat para peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, mambatu mereka merasa mengenali masalah-masalah tersebut sehingga mereka merasa terikat untuk memecahkannya.
Guru harus terampil dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan. Guru harus menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebaga suatu cara untuk menciptakan alternatif-alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.








BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Filsafat pendidikan aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern yang dibangun atas kerjasama seluruh umat manusia melalui pendidikan.
Pemikiran konstruksionisme menginginkan sebuah kebalikan dari peran tradisional sekolah sebagai pengalih budaya yang bersifat pasif menuju ke sebagai agen reformasi kemasyarakatan yang bersifat aktif.
Dalam teori pendidikan rekonstruksionisme pendidikan harus memunculkan kesadaran peserta didik akan persoalan-persoalan sosial dan mendorong mereka untuk secara aktif memberikan solusi terhadap permaslahan-permaslahan yang ada.









Daftar Pustaka
Binti Maunah, 2009. Landasan Pendidikan (Yogyakarta : Teras)
Djumberansjah Indar, 1994. Filsafat Pendidikan ( Surabaya : Karya Abditama)
George R. Knight, 2007.  Filsafat Pendidikan Terj. Mahmud Arif (Yogyakarta : Gama Media)
Jalaludin dan Abdullah Idi, 1987.  Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan Pendidikan (Jakarta: Gaya Media Pratama)
Mohammad Noor Syam, 1986.  Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila (Surabaya : Usaha Nasional)
Mudyarhardjo Redja, 2004.  Pengantar Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada)
Teguh Wangsa Gandhi HW, 2011.  Filsafat Pendidikan : Mazhab-Mazhab Filsafat pendidikan (Yogyakarta : Arruz Media)













Daftar Pustaka


[1] George R. Knight, Filsafat Pendidikan Terj. Mahmud Arif (Yogyakarta : Gama Media, 2007), hlm. 186
[2] Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pancasila (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hlm. 341
[3] Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan Pendidikan ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 97.
[4] Teguh Wangsa Gandhi HW, Filsafat Pendidikan : Mazhab-Mazhab Filsafat pendidikan (Yogyakarta : Arruz Media, 2011), hlm. 190
[5] George S. Counts, Dare the School Build a New Social Order? (New York : Joh  Day Co, 1932) hlm. 28-30.

No comments:

Post a Comment